Part 1

51 9 6
                                    

Cerita direupload karena ada beberapa revisi

📍HAPPY READING ALL📍

*
*
*
*

Clara, yang begitu cantik namun malang, pagi ini harus menjual dagangan ibunya di pasar untuk membiayai sekolahnya. Ayahnya hanya bekerja kecil-kecilan, terlilit hutang. Bagi Clara, membantu orang tua adalah kewajiban, terlepas dari hal itu terjadi pada setiap anak atau tidak.

"Bu, Clara berangkat ke pasar dulu," ucapnya sambil lembut menyalami tangan Ibunya.

"Iya nak, hati-hati di jalan," jawab Retno, sang Ibunya.

Clara berjalan menuju pasar yang cukup jauh. Biasanya, ia menaiki angkot, tapi hari ini sepi. Nasib malang menimpanya. Ia berlari menuju jalanan besar, langkahnya tergesa-gesa karena waktu yang mepet. Ia harus mengantarkan kue ini dan segera pergi ke sekolah.

"Bu, ini kue untuk hari ini."

"Oh ya nak, taruh di samping meja itu nak."

Setelah ke pasar, Clara menuju SMA Bakti Jaya yang terkenal elit. Mengapa Clara bisa sekolah di sini? Ya, berkat beasiswa! Clara, gadis pintar yang selalu mendapatkan nilai tinggi, berjanji membanggakan orang tuanya dan sukses meski dari keluarga tak mampu.

Kini di SMA Bakti Jaya, tatapan tak suka dari murid-murid terasa menusuk. Mereka bingung, bagaimana anak dari keluarga miskin bisa masuk sekolah ini. Hujatan dan caci maki terdengar keras, namun Clara harus menguatkan hatinya.

"Anak miskin kok sekolah di sini sih?"

"Kalo gua sih malu, ya. Ini kan sekolah elit. Murid yang cocok sekolah di sini kita-kita aja."

"Sedikit malu lah ya awokawok."

Clara merasakan sakit, tapi tak bisa membalas. Anak-anak elit dengan kekayaan mereka, Clara tak mampu menandingi itu.

***

Kelas 12 IPA 2, kelas Clara, tempat orang-orang pintar dan berbakat berkumpul. Meski tak ada yang berbicara dengannya, setidaknya ia merasa nyaman dengan membaca buku. Lembar demi lembar ia baca novel mahal yang harus ditabung selama satu tahun karena Clara berasal dari keluarga tak mampu.

Dalam hal pelajaran, Clara adalah ahlinya. Meski sering dihina, itu tak membatasi kemampuannya meraih prestasi di sekolah.

"Anak-anak, ibu minta kalian mengerjakan soal di buku paket lanjutan yang kemarin ya," perintah Bu Siska.

"Baik bu," jawab sekelas.

***

Istirahat telah tiba, dan Clara berjalan menuju kantin untuk membeli nasi sambal teri, satu-satunya pilihan yang cukup terjangkau baginya. Mie ayam atau bakso terasa terlalu mahal. Clara menikmati hidangan sederhana itu dengan lahap, mencoba menikmati sedikit kesenangan di tengah hari yang sulit.

Tiba-tiba...

Brak...

Tiga gadis, Amel, Putri, dan Sania, menggebrak meja kantin Clara. Mereka terkenal sebagai geng pembuli yang selalu meremehkan anak-anak penerima beasiswa seperti Clara. Bagi mereka, beasiswa hanya diperuntukkan bagi anak kurang mampu.

"Hei, miskin, lo makan teri? Gapunya uang ya cuma bisa beli teri?" ejek Amel dengan nada merendahkan.

"Udah miskin, cupu, ga guna lagi, mending lo pergi dari sini! Bikin perut mual tau ga! Pergi atau..." ucap Sania, kata-katanya terputus.

Byurr...

Sania dengan puasnya menumpahkan jus di seragam Clara sambil tertawa.

"Pergi gak lo!"

"Lo kenapa sih bully gua terus?" ucap Clara dengan nada bergetar.

"Lo nanya? Ngaca deh!"

Clara menahan air matanya. Tanpa berkata lebih banyak, dia berlari menuju toilet untuk membersihkan seragam yang sudah tercemar. Untungnya, toilet sedang sepi, sehingga tidak banyak orang yang melihatnya. Namun, luka hatinya lebih dalam dari seragam yang kotor.


TBC :)

Tak SetaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang