Holaw, Pasha balik lagi nih setelah lama banget tenggelam. Cerita baru dan orangnya pun juga baru tentunya.
Kritik dan saran sangat dinantikan ye. Happy reading *_*
•••
"Dia di mana, ya?" gumam seorang pria dengan oversized shirt putih berpadu dengan sepatu putih polos dan jeans warna biru. Rambut yang rapi berparas kekinian, semakin menambah kesan elegan nan menawan.
Tangannya tampak menggenggam benda tipis berlayar sentuh yang sebelumnya ia gunakan untuk melakukan kontak dengan orang di seberang sana. Dari tadi, matanya juga tak berhenti celingak-celinguk mencari seseorang di area taman.
"Hey, Om!" panggil seseorang dengan suara cemprengnya.
Lantas, Pasha si pria tersebut bingung akan hadirnya suara cempreng itu. Pasalnya, tak ada seseorang pun di sana selain dirinya. Suasana di taman pun memang sedang sepi saat ini.
"Om, aku di sini!" Nada cempreng itu kembali bersuara.
Pasha mendongak, ternyata suara tersebut milik seorang gadis imut yang sedang melambaikan tangan kepadanya. Ia duduk di atas pohon.
"Om, sini naik! Om gak takut apa sama angsa yang ada di dekat Om?" kata gadis itu dengan melambaikan tangannya.
"Hm?"
Pasha hanya bergumam, lalu melihat ke arah yang ditunjukkan si gadis. Dan benar saja, tepat di hadapannya ada angsa yang sepertinya siap menerkam Pasha hidup-hidup.
Ngok ~ Ngok ~ Ngok
Pasha langsung tergesa-gesa naik pohon yang diduduki gadis itu dan duduk bersamanya. Satu detik saja ia telat naik, pasti angsa besar itu telah mematuknya.
"Bwahahah ... muka Om lucu banget, kukira lelaki ganteng kayak Om gak akan takut sama angsa," tawanya meremehkan Pasha.
Pasha hanya berdecih sebal.
"Oh ya, Om. Kenalin, namaku Sita Abki Faradilah, orang terimut dan kece badai segalaxy. Panggil aja aku Inces Sita," ucapnya sambil menaik turunkan alis lekat hitamnya dan hanya dibalas dengan gumaman kecil Pasha.
"Nama Om ganteng siapa?" tanya Sita.
"Pasha Reanalgy." Hanya dua kata yang dilontarkan Pasha, itu pun lebih dari cukup untuk memuaskan pertanyaan Sita, menurutnya.
"Alamatnya??" tanya Sita kemudian.
"Jalan Bangsa."
"Nomor?" tanya Sita lagi. Jujur saja ia masih penasaran dengan jawaban Pasha.
"232."
"Dekat apa?"
"Jalan."
"Nomor WA?"
"Ada."
Ish, ini orang atau patung kulkas sih? Jutek amat dah jadi laki. Ganteng sih ganteng, tapi kalau gini, Sita mah gak mau. Irit banget perkataanya. Dihemat buat masa depan kali ya. Ih, amit-amit deh. Pikir Sita.
Pasha memicingkan alisnya, bagaimana bisa ada angsa besar yang masuk ke taman. Mungkinkah angsa itu milik seseorang, tapi milik siapa? Ataukah hanya angsa liar yang sekedar jalan-jalan? Banyak sekali pertanyaan yang berputar di benaknya.
"Om!" panggil Sita sambil menepuk bahu Pasha keras.
Pasha yang saat itu tengah melamun, sontak kaget dan jatuh dari pohon. Begitu juga dengan Sita, dia juga jatuh karena Pasha tak sengaja mencekal pergelangan Sita.
GEDEBUK!!
"Aww," ringis Sita. Sita jatuh di atas dada bidang milik Pasha. Benar, dia berada di atas badan Pasha. Manik mereka pun saling bertemu. "Ganteng banget," refleks Sita dengan mata yang berbinar.
"Woy! Kalian lagi ngapain?!" Suara dari kejauhan mengagetkan mereka.
Pasha langsung mendorong kasar tubuh Sita untuk menjauh darinya. Sehingga membuat cewek berkucir itu mengaduh.
"Aww, Om jahat banget!" pekik Sita dengan suara yang hampir menangis.
"Pasha! Lo apain adek gue?!" ucap Arif, kakak Sita. Arif mencengkram kerah baju Pasha.
"Tak ada," jawab Pasha dengan santainya.
"Lo--"
Ngok ~ Ngok ~ Ngok
Belum saja Arif berkata, angsa mengalihkan perhatian mereka.
"Aaaaa," jerit Sita histeris.
"Leher panjang putih inkarnasi! Mami ... tolongin Arif yang ganteng segalaxy ini. AAAAA!!!" Arif yang melihat angsa tersebut langsung lari terbirit-birit tanpa arah.
"Bang! Tungguin Sita!" teriak Sita dan langsung mengikuti langkah kaki sang kakak.
"Buset tuh angsa gabut atau melepas rasa lelahnya? Ngeri amat," oceh Arif dengan suara keras di sela-sela larinya.
"Tau tuh, dasar angsa jaman edan!" jawab Sita tak kalah kerasnya.
'Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, Kakak adik sama saja,' batin Pasha. Kemudian ia berlari menyusul keduanya.
Ini kah Pertemuan pertamanya dengan Sita? Sungguh pertemuan pertama yang mengesankan, bukan?
•••
"Huh, hah, huh, hah ...."
Terdengar suara beberapa orang dengan nafas yang tak teratur akibat kelelahan. Lari mendadak mencari tempat aman untuk menghindari serangan si leher putih sangatlah melelahkan.
"Bener-bener tuh monster buyut dinosaurus leher panjang! Gila, cape banget!" oceh Arif dengan memegang kedua lututnya.
"Tau tuh, mana sih pemiliknya? Masa iya, angsa dibawa dinner ke taman," sahut Sita.
"Oh iya, hampir lupa gue, bentar! Hupt ... huh ...," ucap Arif sambil mengatur nafasnya kemudian berdiri menghadap Pasha. "Eh, Pasha kutub barat! Lo jangan bohong, deh. Jelas-jelas gue lihat lo nempel sama Sita, lo masih aja ngeles, ngaku aja lo! Lo apa-apain adek gue kan?" cerocos Arif dengan menodongkan jari telunjuknya ke wajah Pasha.
"Apaan sih Bang, kita tuh tadi jatoh dari pohon dan aku nimpa Om ini. Untung aja mendarat di Om ini, kalo nggak, udah sakit badan Sita," jelas Sita.
"Jadi, kalian gak ngapa-ngapain gitu?"
Sita mengangguk.
"Bagus deh. Oh ya, gue yang panggil kalian berdua. Sengaja, ada yang mau ketemu sama kalian. Yuk, ikut gue!" kata Arif sambil beranjak pergi.
"Loh? Kemana, Bang?" tanya Sita.
"Udah, lu ikut aja nape!"
•••
"Kok ke rumah sakit sih, Bang? Perasaan, Sita baik-baik aja deh, Bang. Bahkan lebih dari kata baik karena bisa ketemu Om Pasha yang ganteng ini, hehe." Sita cecengiran sendiri.
"Idih, tau aja lu ama yang ganteng. Lagian, gantengan juga abang lu," jawab Arif.
"Iw, ngaku-ngaku!" cibir Sita.
"Mumpung gratis," kata Arif dengan bangganya.
"Nah cakep, bener juga tuh, Bang." Sita mengacungkan dua jari jempolnya.
Sementara Pasha, hanya melihat adegan-adegan yang membuatnya bingung sendiri. Entah apa yang harus dia lakukan. Menonton saja dan jangan ikut campur, perintah otaknya.
Hingga Arif berhenti di depan pintu salah satu ruang di rumah sakit. Arif pun masuk diikuti Sita dan Pasha. Kamar VIP bernuansa putih itu menyimpan satu pasien.
Bersambung •••
*
*
*
Nantikan kisah selanjutnya, ye
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAKU MATAMU
Teen FictionSari Fitriani adalah anak yatim piatu karena orang tuanya meninggal saat kecelakaan. Ia diasuh oleh ayahnya Pasha Reanalgy. Ia dijodohkan dengan Pasha oleh ayahnya. Akan tetapi, kehidupannya menjadi kelam setelah ayahnya Pasha meninggal. Bagaimana...