Dicky menatap gundukan merah dari balik kaca mata hitamnya, dia tidak akan menunjukkan bahwa dia lemah karena kepergian Ayahnya. Dia hanya akan lemah saat hanya ada dia dan dirinya sendiri saja.
Perlahan kerumunan orang tadi kini hanya tersisa empat orang saja. Dia, Alvaro, Danu, dan gadis yang sejak tadi tak berhenti menangis sesenggukan menatap gundukan tanah merah itu.
"Kamu tidak akan berhenti menangis dan segera pulang? Atau kamu akan disini menghabiskan air matamu lalu kembali setelah air matamu habis terkuras" ucap Dicky kesal menatap gadis itu.
Gadis itu menatapnya takut-takut sambil menghapus air matanya. Dia menunduk dan sesekali menatap Dicky lalu menunduk kembali.
"Disini atau pulang?" Tanya Dicky lagi mengulang pertanyaannya.
"Pulang kak"ucapnya suaranya terdengar serak.
Dicky langsung berjalan menuju mobil mereka diikuti oleh Danu asistennya juga Varo. Gadis itu berlari mengikuti langkah panjang Varo dan Dicky dengan kaki panjang mereka sedangkan Celine dengan badan petite hanya bisa berlari agar sejajar dengan langkah kedua pria giant itu.
"Kamu masih sekolah?" Tanya Varo pada Celine dan melambatkan langkahnya melihat gadis muda itu kesusahan mensejajarkan langkahnya dengan dia dan Dicky.
"Iya kak" jawabnya tersenyum terpaksa.
"Kelas berapa?" Tanya Varo
"Kelas 3 tiga tapi empat bulan lagi udah lulus mau kuliah" ucapnya terlihat di matanya bahwa dia sangat menunggu saat dia akan kuliah.
"Kuliah dimana rencananya?" Tanya Varo saat mereka sudah duduk di mobil.
"Belum tau tergantung kakak" ucapnya menunjuk Dicky sedikit ketakutan lagi.
"Aku? Kenapa? Kamu bukan siapa-siapaku" ucap Dicky tak memperhatikan ucapannya sudah menyakiti gadis muda itu.
"Ayah udah gak ada dan umm katanya aku harus ngikutin apa kata kakak" ucap Celine lagi.
"Apapun? Bagaimana jika aku menyuruhmu untuk keluar dari nama keluargaku?" Tanya Dicky.
Celine tak menjawab apapun namun dia menjauhkan dirinya dari Dicky dan beringsut ke arah Varo. Varo yang menyadari gadis itu ketakutan menatap Dicky.
"Bagaimanapun dia sudah jadi adik angkatmu Dicky jangan terlalu kasar padanya" ucapnya mengerti posisi Celine yang sudah tak memiliki siapapun bedanya Varo justru mendapatkan dua pasang orangtua juga keluarga yang sangat menyayanginya sedangkan Celine mendapatkan Dicky sebagai kakak tiri yang terlihat sangat menyebalkan.
"Kamu akan ikut ke rumah apa di kantor?" Tanya Dicky mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Di kantor aja biar pekerjaanmu aku dan Danu dulu yang handle" ucap Varo
"Oke thanks bro" ucap Dicky lalu Varo dan Danu turun di depan bangunan pencakar langit yang Celine tau sebagai kantor Ayah angkatnya.
"Pindah ke depan aku bukan supir pribadimu" ucap Dicky dingin yang mau tak mau membuat Celine memilih pindah dan duduk di kursi di samping Dicky.
"Siapa namamu?" Tanya Dicky lagi.
"Celine kak" jawabnya
"Hanya Celine?"
"Celine Adelia"
"Kenapa tidak ada nama Palaga?" Tanya Dicky sedikit penasaran. Dia sudah di angkat Ayahnya sejak dua tahun lalu kenapa tidak ada nama keluarga mereka di ujung namanya.
"Kata Ayah belum waktunya kak"
"Lalu kapan?"
"Katanya nanti" jawab Celine yang juga tidak tau kapan karna Ayah angkatnya juga sudah meninggalkan mereka semua kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYCOPATH BROTHER
RomanceHidupku berubah sejak Ayah angkatku membawaku tinggal di rumah besar nan mewah dua tahun lalu. Ayah sangat menyayangiku karena putri dan istrinya meninggal tiga tahun lalu dalam tabrakan beruntun di bandung. Tetapi semua kenyamanan dan kebahagiaanku...