"Kamu tahu, untuk segala rasa sakit yang telah aku terima saat bersamamu. Kamu tidak bisa membuatnya kembali pulih, karena bahkan kamu sendiri tidak bisa berhenti untuk tidak lagi menghujam luka pada ulu hati. Sampai akhirnya aku sadari, Aku sebodoh itu dalam mencintai."
- Julian PradiptaRintik hujan sore itu tidak diindahkan oleh sepasang remaja yang tengah sama sama terduduk di bangku ayunan ditengah keheningan. Keduanya bungkam, enggan membuka suara padahal hawa dingin sesekali membuat keduanya bergidik. Sampai akhirnya, lelaki berjaket hitam pekat itu mengalihkan pandangan dan menatap tajam seseorang disampingnya.
"Katamu, semuanya sudah berakhir di Bandung." suara berat lelaki itu mengawali pembicaraan, ia menatap perempuan disebelahnya yang tengah menatap kosong ke arah depan.
Masih tidak bergeming, lelaki yang tadi bersuara itu kini tersenyum getir melihat lawan bicaranya hanya membisu ditengah rintik hujan yang membasahi keduanya di taman.
"Katamu, semuanya sudah berakhir. Yaudah kan emang berakhir, sama kayak yang kamu mau, kan?" Ia kembali dengan kalimat awal yang sebelumnya telah ia ucapkan, kali ini dengan penuh penekanan.
Satu tetes air mata sampai berulangkali keluar dari manik mata indah milik perempuan bersweater itu. Ia menunduk, dari awal dirinya sudah bersumpah untuk tidak lagi menangis di hadapan lelaki itu. Lelaki yang kini tengah menatapnya, lelaki yang pernah ia cintai dengan sangat. Dengan susah payah, ia berusaha menahan isakannya dan memberanikan diri untuk membuka suara.
"Memangnya apa yang pernah kamu mulai, Juan? Sejatinya, kamu ngga pernah mengawali sesuatu." Ucap perempuan itu ditengah isakan tangis dan badannya yang gemetaran menahan hawa dingin.
Terdengar tawa kecil dari Lelaki yang kini tengah menengadahkan wajahnya ke langit. Merasakan derasnya air hujan yang kian waktu kian membesar.
"Sebelum aku memulaipun, semuanya sudah selesai. Kamu menyerah, Syala."
°°°
dan lakon figuran lainnya yang akan bertambah seberjalannya ceritera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided - Lee Juyeon
Teen Fiction"Kebahagiaan aku itu cuman berporos di kamu" "Emangnya apa yang kamu tau soal bahagia?" "Aku sekarang lagi bahagia. Keliling Jalan Braga bareng kamu. Kamu juga bahagia, kan?" "Bahagia itu tidak pernah bertitik ekliptis pada orang lain, Sya." Nalarku...