(APOV)
Saat melihat Prilly jatuh didepan cafe, saraf khawatirku hampir putus. Dengan spontan tanpa pikir panjang aku berlari kearahnya. Bodoh memang, tapi aku tidak bisa menghentikan diriku untuk tidak khawatir tentang Prilly yang saat itu mungkin terluka. Dan setelah itu semuanya menjadi gelap dan aku tidak dapat mengingat kejadian apapun yang terjadi setelahnya. Yang aku rasakan hanya seperti tidur dengan sangat nyenyak dan aku banyak bermimpi. Aku bermimpi tentang Prilly tapi tidak seperti Prilly-ku, Prilly dalam mimpiku berbicara dan entah mengapa aku seperti pernah mendengar suara itu sebelumnya walaupun aku tidak ingat kapan dan dimana.
Dalam mimpiku Prilly terlihat sedih dan sering kali menangis. Kalimat yang diucapkannya adalah dia meminta maaf padaku. Berulang kali Prilly mengucapkan kalimat maaf padaku entah apa sebabnya. Aku tidak merasa dia melakukan kesalahan apapun. Aku mencoba untuk menenangkannya dalam mimpiku tapi tidak pernah berhasil karena setiap kali aku berusaha menenangkannya, Prilly seperti tidak melihatku dan terus berbicara. Matanya melihat kearahku tapi sepertimya tidak mendengar aku bicara.
Saat aku membuka mataku dari tidur yang entah berapa lama itu, yang paling pertama aku rasakan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Apakah kamu pernah merasa seperti baru saja ditabrak oleh truk besar sehingga seluruh tubuhmu sakit? Apakah kamu pernah merasa baru saja selesai lari maraton jarak lima kilometer tanpa berhenti yang membuat seluruh badanmu pegal-pegal? Aku harap kalian tidak pernah merasakannya. Karena aku bersumpah rasanya tidak enak. Itulah yang aku rasakan saat aku membuka kedua mataku. Saat aku mencoba menggerakkan kakiku dengan spontan aku menggerang kesakitan karena kakiku terasa seperti ditusuk-tusuk oleh puluhan pisau. Dan akhirnya aku menyadari dimana aku berada. Rumah sakit, dari cat dan baunya saja aku sudah bisa menebak bahwa tempat ini adalah rumah sakit. Tapi dimana Prilly? Apa yang terjadi? Dia baik-baik saja kan?
Pintu tiba-tiba terbuka lebar dan Kevin masuk dengan ekspresi terkejut. Mulutnya menganga dan membuat aku tertawa kecil yang membuatku sadar bahwa tenggorokanku kering sekali hingga suaraku terdengar serak. Kevin yang baru sadar dari keterkejutannya itu pun akhirnya menghampiriku dengan senyum yang lebar.
"Bro! Lo udah sadar.. Lo tidur lama bener bikin kita khawatir aja lo.." katanya sambil memberikan kepalan tangannya padaku untuk tos. Aku membenturkan kepalan tanganku dengan tangan Kevin.
"Gue kenapa?" Tanyaku pada Kevin.
"Lo gak inget lo kenapa? Lo gak amnesia kan bro?" Tanya Kevin yang membuat aku memutar bola mataku.
"Kalo gue amnesia gimana mungkin gue inget lo vin.." jawabku. Kevin menggaruk kepalanya sambil tertawa.
"Iya juga sih.. Lo kalo nyebrang makanya liat kanan kiri.. Lo ditabrak mobil waktu mau nyebrang.. Untung lo gak papa.. Coba kalo nggak.. Gak tau gue gimana Prilly.." jelas Kevin dan dengan disebutkannya nama Prilly membuat aku khawatir dengan keadaannya.
"Prilly gimana? Dia baik-baik aja kan?" Tanyaku pada Kevin lagi. Kevin yang duduk disamping tempat tidur rumah sakit mengangkat kedua bahunya.
"Tergantung gimana kata 'baik-baik aja' di kamus lo.." jawab Kevin yang membuat aku semakin khawatir karena jawaban Kevin yang abu-abu itu.
"Maksud lo gimana vin? Prilly gak papa kan?" Tanya ku lagi sambil mengernyitkan dahiku.
"Prilly gak papa secara fisik.. Dia gak luka ataupun kegores sedikit pun.. Tapi gue rasa didalem dia capek banget.." Mulai Kevin lalu menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Waktu pertama kali lo dibawa kerumah sakit, lo gak bakal bisa bayangin gimana khawatirnya Prilly.. Lo bayangin dia sampe pingsan.. Apalagi waktu liat luka-luka lo sama kaki lo yang patah, dia gak berenti-berenti nangisin lo.. Trus selama lo belom sadar tiga hari dia gak pernah ninggalin lo.. Dia disini terus ditempat gue duduk sekarang.. Dia cuma pergi ke toilet atau ganti baju.. Makan aja dia harus Mila ingetin atau suapin.. Kebayang gak lo gimana khawatirnya dia?" Jelas Kevin panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix you : Hatiku Inginkan Kamu
RandomBerawal dari pertemuan tak terduga yang terjadi antara Aliando syarief sang aktor yang sedang naik daun dan Prilly Latuconsina wanita biasa yang memiliki traumatik masa lalu sehingga tidak pernah menggunakan suaranya untuk berbicara di sebuah cafe...