Pre-quel
p.s alur nya maju dan mundur, jadi aku harap kalian perhatiin narasi nya dengan baik ya biar paham hehe
.
Han Jisung memandangi surat dari pemilik gedung, tanda bahwa ia harus segera melunasi pembayaran sewa tempat yang ia gunakan sebagai lahan café nya ini. Sudah jatuh tempo, bahkan lewat sehari. Pendapatan café sebenarnya cukup untuk membayar ini, bahkan sejak sebelum jatuh tempo. Tapi dia mau makan apa? Bagaimana dengan kebutuhan sehari-hari?
Setelah membulatkan tekad untuk berpuasa saja beberapa minggu ke depan, atau memakan makanan sisa dari café, Jisung beranjak meninggalkan café nya menuju ATM. Namun belum sampai di ATM, pemilik gedung sudah menghubungi nya bahwa ia sudah melunasi biaya sewa.
.
.
.
"kak Chan yang bayar sewa café ku lagi?" tanya Jisung kepada salah seorang pria yang baru saja menginjakkan kaki nya di café milik Jisung itu. "no, bulan ini Changbin yang bayar" Chan menunjuk pria lain di belakang nya. kemudian mereka duduk di meja nomor 4, meja favorit mereka.
"kenapa di bayarin lagi kak?" tanya Jisung pada Changbin sambil menaruh segelas ice americano dan green tea latte di meja nomor 4 itu. "ya gapapa, uang kamu biar bisa di simpen buat beli yang lain sama kirim uang ke keluarga kamu" jawab Changbin mengingatkan Jisung pada ibunya yang sakit di desa sana.
"aku.... Aku gak bisa balikin nya kak, bulan depan gak usah bayarin lagi ya?" Jisung merasa tidak enak karena ia tidak merasa memberikan apapun untuk kedua pria yang sedang menyesap minuman nya ini. "just being you and always be with us, that's enough Ji" ujar Chan sambil mengusak rambut Jisung.
Ponsel Chan berdering, ia segera mengangkat nya. "Bin, Red" setelah kata itu terucap dari mulut Chan, Changbin dan Chan bergegas bangkit bersiap pergi, bahkan tanpa menghabiskan minuman yang Jisung buat.
"kami pergi dulu Sayang" ucap Changbin menyempatkan diri mengecup bibir Jisung. "hati-hati nanti pulang nya ya" Chan tentu saja tidak mau tertinggal untuk mengecup bibir Jisung juga. Kemudian mereka pergi terburu-buru dikejar waktu.
Jika kalian penasaran apa sebenar nya pekerjaan Chan dan Changbin, apa maksud kode red yang tadi Chan ucapkan, juga mau kemana mereka, sama, Jisung pun ingin tau.
Jisung merantau ke kota sejak lulus sekolah menengah atas, mencoba peruntungan untuk pekerjaan yang lebih menghasilkan uang ketimbang di desa. Hanya bermodalkan ijazah terakhirnya, dan uang tabungan yang tak seberapa Jisung nekat pergi ke kota.
Ia pikir kota bukan lah tempat yang buruk, penuh hingar bingar dan gedung-gedung tinggi. Ia pasti akan mendapatkan pekerjaan dengan mudah disini. Namun kata orang memang benar, hidup di kota tidak semudah bayangan Jisung.
Jisung baru tiga jam menginjakkan kaki nya di kota, sekarang ia sedang di seret dua orang pria berbadan besar. Dengan dalih akan mempekerjakan nya, Jisung mengikuti seorang wanita paruh baya yang ternyata adalah seorang mucikari. Ya, Jisung di jual.
Jisung bertemu Chan dan Changbin di sana, di rumah mucikari itu. Jisung rasa mereka berdua juga tidak suka berada di sana, tidak suka ketika tante-tante berdompet tebal menyewa mereka untuk teman minum maupun teman tidur. Berbeda dengan Jisung yang selalu di sewa oleh om-om, mungkin tante haus belaian tidak tertarik pada wajah menggemaskan Jisung.
Jisung merasa kotor, merasa bersalah meninggalkan ibu nya di desa dan mengirimkan uang kotor kepada nya. Jisung mau bekerja lebih layak, memberikan uang hasil keringat Jisung dengan cara yang baik.
Selama Jisung di kota, ia berulang kali berpikir untuk mengakhiri hidupnya saja. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri yang bekerja menjajakan tubuhnya untuk mendapat lembaran uang.
Namun pada akhirnya ia hanya bergantung pada Chan dan Changbin. Kedua pria itu membuat Jisung merasa masih ingin hidup. Dengan janji mereka untuk membawa keluar Jisung dari sini.
Suatu hari Chan dan Changbin tidak hadir di club malam milik mucikari itu. Seluruh tante haus belaian menanyakan keberadaan mereka. Sang mucikari hanya menjawab bahwa Chan dan Changbin sudah di beli, kemudian ia memperkenalkan laki-laki lain yang ia bawa sebagai ganti Chan dan Changbin.
Jisung tertunduk lesu. Apakah kedua orang yang menjadi satu-satunya harapan hidup nya itu meninggalkannya? Padahal mereka berjanji untuk membawa Jisung turut serta pergi dari sini. Saat itu dunia Jisung seperti runtuh.
Kemudian hampir satu tahun lama nya Chan dan Changbin menghilang tanpa kabar, Jisung mulai terbiasa dengan hidup nya tanpa mereka. Jisung masih bekerja memuaskan hawa nafsu orang-orang yang datang ke sana. Bahkan mampu memberikan ekstra layanan agar mendapat tip lebih.
Hingga malam itu mucikari nya mendatangi Jisung, menyuruhnya untuk membereskan barang nya karena ia sudah di beli. Jisung di beli oleh seorang pria.
Sejujurnya ia tidak suka dengan skenario ini, karena ia sudah mulai terbiasa dengan pekerjaan yang ada. Jisung khawatir orang seperti apa nanti nya yang membeli Jisung? Apa kah ia jahat atau baik? Suami orang atau duda? Jisung terus membayangkan apa jadinya kehidupan nya di masa depan.
Sampai ia melihat siapa sosok yang menebus nya agar keluar dari kendang milik mucikari itu.
"Kak Changbin!!" Jisung berlari memeluk Changbin, membiarkan koper nya tergeletak begitu saja. "miss you, Ji" Changbin balas memeluk erat Jisung.
"How about me?" suara lain mengagetkan Jisung, ia menoleh dan melihat Chan disana. "Kak Chan!" air mata Jisung tidak dapat di bendung lagi, mereka tidak melupakan nya ternyata.
Jisung melepaskan pelukan nya dan menatap kedua pria di hadapan nya. Mereka berubah banyak, dari mulai tatanan rambut, cara berpakaian, dan beberapa bekas luka di wajah, leher, dan lengan yang terlihat jelas oleh Jisung. Satu-satunya yang tidak berubah adalah hangat nya pelukan mereka.
Chan dan Changbin tidak pernah memberi tau Jisung dimana mereka bekerja, bahkan sampai dengan saat ini. Satu hal yang Jisung tau, mereka bekerja pada orang yang membeli mereka pada waktu itu.
Pekerjaan macam apa yang diberikan kepada mereka juga Jisung tidak tau. Padahal ia cukup penasaran, uang untuk menebus jisung dari mucikari itu tidak sedikit. Chan dan Changbin masih memberikan Jisung sebuah café pula.
Namun yang Jisung tidak suka dari pekerjaan (apapun itu) yang mereka lakukan adalah kedua orang yang ia sayang ini beberapa kali pulang dengan luka baru setiap kali pergi perjalanan bisnis untuk waktu yang lama.
Bahkan Chan pernah koma selama dua bulan lama nya di rumah sakit setelah 'perjalanan bisnis' mereka. Hal ini membuat Jisung sadar bahwa pekerjaan mereka selalu mengancam nyawa. Dan Han Jisung yang tidak berguna ini masih hanya mampu membayar kebaikan dua orang itu dengan tubuh nya dan kepuasan nafsu syahwat.
fin