Yoo Kihyun memarkirkan Chevrolet Cavalier miliknya di pelataran parkir gedung apartemennya, yang lokasinya tidak begitu jauh dari kantor polisi tempat dia bertugas. Apartemen satu kamar itu memiliki akses cahaya yang bagus, tidak begitu luas tapi setidaknya dia bisa menempatkan lemari tiga pintu di kamarnya. Tidak seperti apartemen sebelumnya, dia hanya bisa menempatkan kabinet berlaci sebagai ganti lemari pakaian. Dia membuka bagasi mobilnya untuk mengambil berkas-berkas kasus yang berukuran tebal, yang diberikan atasannya, Son Hyunwoo. Tangan kanannya membawa berkas-berkas itu dan tangan kirinya membawa bungkusan berisi burger dan kentang goreng untuk makan malamnya. Kepalanya agak pusing ketika dia mendongak untuk melihat bulan sabit tipis yang cahayanya pucat.
Setelah sampai di dalam apartemennya, dia meletakkan semua barang bawaannya di meja makan berbahan kayu ek, yang dia dapat dari toko online yang khusus menjual barang-barang setengah pakai dengan harga cukup murah.
Kihyun sengaja tidak menyalakan lampu ruang tengah, dia membuka tirai berbahan kain semi blackout dan membiarkan cahaya dari luar, yang berasal dari gedung-gedung pencakar langit masuk. Dia berjalan ke arah kamarnya, melucuti pakaian yang dia kenakan dan memasukkannya ke keranjang pakaian kotor. Dia akan membawa pakaian-pakaian kotornya ke penatu besok, jika dia ingat.Kihyun membersihkan bathtub berukuran 140×70 cm di kamar mandinya sebelum mengisinya dengan air hangat. Dia mengambil pasta gigi dan sikat gigi elektriknya, memandang pantulan wajahnya sendiri di cermin. Wajahnya lelah, lingkaran hitam di bawah matanya terlihat jelas, belum sempat bercukur, sudah 24 jam lebih dia terjaga. Kihyun berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan mencoba tidur malam ini.
Setelah mencuci rambutnya dan berendam air hangat selama dua puluh menit, dia merasa otot-otot tubuhnya mengendur. Dia mengeringkan tubuh dan rambutnya dengan handuk bersih dan mengenakan jubah mandi biru tua kesukaannya.
Setelah memakai krim pelembap di wajah dan seluruh tubuhnya, Kihyun keluar kamarnya dan menuju dapur kecilnya untuk mengambil sekaleng bir dingin, bunyinya berisik ketika Kihyun membuka kaleng itu.Kihyun menatap berkas-berkas yang ada di atas meja makannya dan menghela napas dengan berat. Sejujurnya dia ingin segera merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjangnya yang nyaman. Kihyun menarik kursi makan dan duduk dengan posisi bersila.
Dia tersenyum melihat catatan-catatan kecil yang ditinggalkan atasannya. Sambil melahap makan malamnya, dia mempelajari berkas itu. Dan Kihyun tidak ambil pusing ketika berkas itu sudah penuh dengan noda minyak dari kentang goreng yang dia makan.Tiga puluh menit berselang, ponsel di dalam tas kerjanya bergetar, Kihyun melirik jam dinding di ruang tengah. Hanya kabar buruk yang datang pada pukul 01.30 dini hari, pikirnya.
"Hei, Kihyun. Kau sudah tidur?" Suara Lee Minhyuk, teman kerjanya, terdengar lelah dan mengantuk.
"Tidak, belum. Aku sedang mempelajari berkas yang Hyunwoo berikan tadi. Ada apa?"
"Bagus, bisakah kau ke Sungai Han sekarang?"
"Kau mengajak aku berkencan sekarang? Pukul 01.30 dini hari?" Kihyun meneguk habis birnya dan melempar kalengnya ke tempat sampah.
"Tidak, bodoh. Ada yang menemukan mayat laki-laki di sini," kata Minhyuk.
Telinga Kihyun berdengung, jantungnya berdegup kencang. Dia bertanya-tanya, bisakah Minhyuk mendengar degupan jantungnya?
"Pelaku yang sama?" Kihyun bertanya dengan ragu, dia meremas-remas kertas pembungkus burger.
Minhyuk sepertinya sedang berbicara dengan orang lain, karena baru dua puluh detik kemudian dia menjawab pertanyaan Kihyun.
"Hmm, aku rasa. Tapi kita perlu memastikannya."
Minhyuk menyuruh Kihyun untuk berhati-hati dan memakai baju hangat saat keluar nanti sebelum menutup teleponnya.Selama beberapa menit Kihyun duduk mematung. Dia mulai tertawa sendiri hingga air matanya keluar dan pipi serta hidungnya memerah. Dia pun tidak yakin apa yang dia tertawakan.
Kihyun beranjak dari duduknya dan berjalan ke kamarnya untuk berganti pakaian. Dia mengambil jaket kordurai cokelat pemberian Minhyuk saat mereka masih berada di sekolah akademi kepolisian beberapa tahun silam dan memakainya sambil keluar apartemennya, menuju pelataran parkir.Udara bulan Oktober adalah favorit Kihyun, daun-daun menguning dan berguguran, angin berhembus pelan meniup rambut Kihyun yang belum sepenuhnya kering. Beberapa pasangan baru pulang dari kencan mereka, ada yang dalam keadaan mabuk, ada yang bergandengan tangan sambil tertawa mendengar gurauan pasangannya. Seorang wanita berumur sekitar empat puluhan, masih memakai pakaian tidurnya, berlari tergesa-gesa. Mungkin dia akan ke apotek karena anaknya sakit. Di seberang gedung apartemen ada minimarket 24 jam yang cahayanya menyilaukan, kasir yang berjaga melayani pembeli dengan menahan kantuk. Mengingatkan Kihyun saat dia bekerja paruh waktu di sebuah minimarket di dekat rumahnya selama musim panas, saat dia berumur lima belas tahun. Di saat itulah dia pertama kali bertemu dengan Minhyuk dan menjalin persahabatan dengannya.
Kihyun bersenandung lagu kesukaannya, Lay All Your Love On Me dari ABBA dan berpikir alangkah bagusnya jika natal datang lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clueless
Mystery / Thriller"Kau mengajak aku berkencan sekarang? Pukul 01.30 dini hari?" Kihyun meneguk habis birnya dan melempar kalengnya ke tempat sampah. "Tidak, bodoh. Ada yang menemukan mayat laki-laki di sini," kata Minhyuk. Telinga Kihyun berdengung, jantungnya berdeg...