Seorang gadis tengah menjerit kesakitan, saat ibunya memukulinya dengan keras menggunakan sebuah rotan. Rotan yang sering digunakan untuk menghukum putri bungsunya, saat ia melakukan kesalahan.
"Aaaaa," jerit gadis itu.
"Ma ... sakit Ma, hiks." Gadis itu menangis karena merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhnya.
"Ma ... cukup Ma, cukup, hiks. Aku mohon berhenti."
Gadis itu memohon pada ibunya agar berhenti untuk memukulinya. Bukannya berhenti, ibunya malah semakin gencar memukuli putrinya.
"Ma, maafin Aileen Ma. Aileen janji lain kali Aileen akan lebih hati-hati, Aileen gak akan lalai lagi. Aileen mohon sudahi ini semua Ma, hiks. Aileen gak kuat."
Gadis bernama Aileen itu terus memohon. Namun, ibunya tak memperdulikan ucapan putrinya. Ia seolah menulikan telinganya.
"Sudahi? Memangnya dengan menyudahi ini semua baju saya akan kembali seperti semula gitu?" tanya Marie---ibunya Aileen sengit.
"Ini hukuman buat kamu, karena kamu sudah lalai mengerjakan tugas yang saya berikan." Marie kembali memukuli Aileen dengan rotan membuat Aileen memejamkan matanya kuat, menahan rasa sakit di tangan juga di tubuhnya.
"Saya cuma nyuruh kamu untuk nyetrika baju saya, tapi kamu malah tidur. Gara-gara kamu, baju kesayangan saya jadi bolong!" teriak Marie murka.
Baju kesayangan? Aileen tersenyum kecut. Hanya karena baju, ibunya sampai memukulinya.
Sebenarnya, Aileen sudah terbiasa mendapat pukulan, siksaan, dan omelan dari ibunya. Semua itu sudah menjadi makanan sehari-harinya. Terkadang Aileen berfikir apakah dia adalah putri Marie atau bukan. Karena setahunya, seorang ibu tidak akan pernah menyakiti anaknya sendiri, apalagi jika anaknya adalah seorang perempuan.
Aileen tersadar akan lamunannya. Pandangannya teralih menatap kakak perempuannya yang sedang berdiri di ambang pintu sambil melihat-lihat kuku, sesekali meniupnya.
"Kak!" panggil Aileen.
Syena tak menoleh, meski ia mendengar panggilan dari adiknya.
"Kak!" panggil Aileen sekali lagi. "Kak, tolong bilang ke Mama untuk berhenti memukuli Aileen, ya. Kakak mau 'kan bantu Aileen?" tanya Aileen pelan.
Syena menoleh. "Gue, bantuin lo? Dalam mimpi." Syena memutar kedua bola matanya malas.
Aileen terisak pelan. Dalam hati Aileen bertanya-tanya, mengapa kakaknya yang dulu sangat menyayanginya mendadak berubah. Dulu Syena selalu membelanya dari perlakuan kasar Marie, tapi sekarang Syena malah tidak peduli saat Marie menyakitinya. Aileen ingin kakaknya menjadi seperti dulu lagi. Tapi apakah itu akan terjadi?
"Ma!" Aileen mendongak, menatap Marie. "Aileen anak Mama 'kan?"
Mendengar pertanyaan dari Aileen sontak Marie menghentikan kegiatannya. Tubuhnya menegang. Ia menatap Aileen dengan raut wajah tak terartikan.
"Aileen anak Mama 'kan?" Aileen melontarkan kembali pertanyaanya.
"Apa maksud kamu? Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
Aileen juga tidak mengerti. Tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontar dari mulutnya. Pertanyaan yang selama ini ia pendam. Entah dari mana, muncul keberanian dalam dirinya.
Aileen terkekeh, ia bangkit dari duduknya sambil menahan rasa sakit. "Aileen cuma mengungkapkan apa yang Aileen rasakan selama ini, Ma." jawab Aileen.
"Selama ini, Mama selalu membeda-bedakan Aileen dan Kak Syena. Mama selalu peduli sama Kak Syena, sayang sama Kak Syena, manjain Kak Syena, ngerawat Kak Syena saat Kak Syena lagi sakit. Sedangkan aku?" Aileen menunjuk dirinya sendiri. "Mama gak pernah ngelakuin itu semua sama aku."
"Terkadang aku berfikir, apakah aku ini anak Mama?" ucap Aileen lirih.
Marie diam.
Aileen tersenyum pedih. "Sudahlah Ma, Mama tidak perlu menjawabnya. Tapi, satu hal yang perlu Mama ketahui, kalau Aileen sangat menyayangi Mama. Meskipun Mama sayang atau enggak sama Aileen, Aileen gak peduli. Aileen akan selalu menghormati dan menyayangi Mama. Walau Mama, selalu membalas kasih sayang Aileen dengan menyakiti Aileen ...." Aileen menghentikan ucapanya, ia mengusap air matanya yang berjatuhan.
Aileen menatap Marie dalam. "Aileen gak papa. Aileen ikhlas, Aileen ikhlas Ma."
Marie menatap Aileen lamat, tersirat sejuta luka di mata Aileen. Hati Marie sakit melihatnya, tapi ia segera menepisnya. Marie mengumpulkan puing-puing luka dalam hatinya, membuat rasa iba pada Aileen sirna saat itu juga. Ingin sekali Marie mengatakan kebenaran yang telah lama ia pendam. Tapi ia tidak bisa, ia sudah berjanji untuk menutup rapat rahasia itu. Rahasia yang selalu membuat dadanya sesak kala mengingatnya.
Rasa kasihan dalam hatinya hilang berganti dengan kebencian. Marie menatap Aileen tajam, membuat Aileen menundukan kepanya, takut. Marie membalikan badannya, memegang tangan Syena lembut kemudian pergi meninggalakan Aileen dengan menorehkan luka yang mungkin susah untuk sembuh dalam waktu lama.
Aileen kembali terisak. "Ayah ...," lirihnya.
A i l e e n
By
N u r u l A u l i a
KAMU SEDANG MEMBACA
Aileen
Fiksi Remaja[Follow dulu acount ini sebelum membaca] _________________________________________________ "Aaaaa," jerit seorang gadis bernama Aileen Quenby Elvina. "Ma ... sakit Ma, hiks." "Ma ... cukup Ma, cukup, hiks. Aku mohon berhenti." Aileen memohon pada M...