Seluruh mata tertuju pada seorang lelaki yang sedang membonceng seorang perempuan memasuki gerbang sekolah.
Si lelaki mengenakan sweater hitam dan celana abu-abu SMA, sedangkan yang di belakang masih mengenakan seragam SMP menandakan dia adalah murid baru di sekolah ini.
Motor nya akhirnya terhenti di parkiran sekolah yang berada di samping lobby menuju ruangan-ruanngan, kelas, serta lapangan sekolahnya.
Sambil melepas helm perempuan tersebut mencibir.
"Besok-besok males deh aku berangkat sama abang.""Lah, kenapa? Kan kamu jadi punya privilege adek dari kakak kelas ganteng, Angkasa Mahardika Pratama."
"Dih! Males banget ya yang ada nanti pasti nih kalo MOS kakak-kakak kelas atau temen pasti pada nanyain nomer abang. Sama yang belum tau nih kita adek kakak, buset deh tatapannya kayak mau bunuh aku aja. No wonder deh abang jomblo terus. Fansnya pada bringas gitu."
Angkasa tersenyum lalu mengacak rambut Jani.
"Udah gak usah ngomel, cepet masuk tuh lapangan udah rame. Anak OSIS sini galak-galak loh."
"Ih!! Abang bukannya OSIS juga?"
"Kan ada tugas-tugasnya adek ku, abang nggak ngurus MOS. Nanti paling ikut pas perkenalan aja. Semangat!"
Jani mengerucutkan bibirnya. Dia pikir tadinya kalau MOS terus dia jadi bahan ploncoan pasti ada abangnya yang bakal ngelindungin dia, ternyata zonk. Abangnya gak kebagian panitia MOS.
Rinjani akhirnya melangkahkan kaki nya berjalan menuju lobby sekolah yang sudah dipenuhi anak OSIS. Di saat-saat MOS seperti ini, sebelum ke lapangan tempat di mana mereka dikumpulkan, mereka terlebih dahulu diharuskan untuk registrasi di meja lobby untuk mengecek waktu kehadiran mereka. Setiap menitnya berharga. Misalnya, masuk sekolah pukul 07.00 WIB, maka jika telat 1 menit hukumannya berupa push-up, jika telat 2 menit hukuman berupa lari keliling lapangan yang sedang ramai murid baru lainnya, setiap menit bertambah maka semakin berat hukumannya.
Beruntung Rinjani lebih awal 10 menit dari waktu yang ditentukan. Ia mengisi daftar registrasi lalu diarahkan oleh kakak OSIS yang ia sama sekali tidak asing wajahnya, Bang Dirga. Teman dekat Bang Angkasa yang dulu suka godain Jani.
"Udah gede aja, Jan."
"Hehe iya bang. Masa kecil terus sih."
"Hahaha iya juga ya, btw kamu ada di kelompok Merpati ya, tuh yang pojokan ada 4 orang. Koordinator kelompoknya nama nya Mahendra. Semangat!"
"Makasih bang! Duluan ya, bang. Semangat juga!"
Rinjani menghampiri sekelompok orang yang tadi ditunjuk oleh Bang Dirga. Terdapat 3 laki-laki dan 1 perempuan di sana. Rinjani lalu terlebih dahulu menyapa satu laki-laki yang mengenakan nametag biru.
"Misi kak. Aku kayaknya kelompok ini deh?"
Orang tersebut menoleh dan sempat terdiam sebentar menatap Rinjani, lalu seakan tersadar dari bayangnya ia pun mengerjap dan detik setelahnya tersenyum ramah.
"Rinjani ya?"
"Iya kak. Rinjani Mahakarya Alam."
"Oke, Rinjani. Yuk langsung kenalan aja sama temen-temennya, duduk aja Rin. Buat diri lo nyaman ya."
Rinjani mengangguk lalu duduk di antara satu perempuan dan satu laki-laki yang sama-sama mengenakan seragam SMP seperti dirinya, ia duduk berhadapan dengan Mahendra, koordinator kelompoknya.
"Oke guys, karena udah komplit nih. Kita mulai aja ya perkenalannya. Mulai dari kiri gue, sebutin nama, asal SMP, sama cita-cita."
"Oh sama btw santai aja ya kalo ngobrol sama gue. Bikin nyaman aja, nggak usah kaku-kaku gapapa. Yuk mulai perkenalan dari paling kiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHENDRA
أدب الهواة"Kenapa kamu sabar banget sama aku?" "Gaada jawaban pasti buat pertanyaan itu. Coba aku balik pertanyaannya, kenapa aku harus ga sabar sama kamu?" Kisah ini harusnya tentang Mahendra, tapi semua berubah saat Jaden kembali menghantui pikiran serta pe...