1

42 6 13
                                    

Seorang gadis bermata hijau zamrud berlarian di halaman kastilnya yang luas, gadis itu tertawa riang, terlihat sangat bahagia. Dibelakangnya, seorang lelaki yang mengejarnya ikut tertawa senang berusaha menggapai tangan sang gadis tersebut.

 "Evangeline, oke aku kalah, aku berjanji besok akan menemanimu ke pusat kota," lelaki itu berhenti dan berusaha mengatur nafasnya. 

Gadis itu tersenyum sambil merapikan rambut pirang panjangnya yang berantakan. "Baiklah, kalau kau sudah mengaku kalah, sekarang lebih baik kita kembali karena sudah terlalu sore. Para pelayan mungkin sudah mencari kita."

Kedua bersaudara itu masuk melewati pintu belakang kastil, berusaha menghindari para pelayan yang mungkin akan menceramahi mereka. Mereka berdua bersembunyi dibalik lemari penyimpanan, menunggu keadaan aman. 

"Inikah kelakuan anak remaja zaman sekarang? yaampun Evangeline, berapakali harus aku katakan? kau terlihat kacau," mereka berdua menoleh kaget.

"Leah, aku hanya-" 

"Sudahlah, Evangeline, lebih baik kau mandi sebelum ayahmu datang," Evangeline mengangguk patuh dan berlari kekamarnya.

"Dan James, sebagai yang lebih tua, sebaiknya kau bisa menasihati adikmu tentang hal sederhana seperti ini. Aku khawatir ayahmu akan kecewa pada kalian berdua," wanita paruh baya itu berbicara pada James dengan lembut.

"Terimakasih, Leah, baiklah, aku akan membersihkan diri sebelum ayah datang," James tersenyum sopan dan berjalan menuju kamarnya. 

Evangeline dan James menyiapkan diri mereka untuk menyambut kedatangan ayahnya. Evangeline mengenakan gaun biru tua dengan renda putih sederhana diujung setiap gaunnya. Ia juga memakai kalung zamrud, lambang dari keluarga mereka, keluarga Emerald. Leah menata rambut Evangeline dengan model yang sederhana, namun nampak cantik dan anggun.

Sedangkan James mengenakan jas yang sewarna dengan gaun adiknya. Ia juga memasang sapu tangan putih dan bros batu zamrud di dadanya. Rambut coklat terangnya disisir dengan rapi, membuatnya terlihat menawan.

***

"James, apa kau didalam? Bolehkah aku masuk?" tanya Evangeline sambil mengetuk pintu kamar kakaknya.

"Masuk saja," James membukakan pintu kamarnya dari dalam.

Evangeline masuk dan duduk dikasur kakaknya. Mengamati penampilan rapi James yang sedang menutup pintu. Evangeline menahan tawa, James menoleh bingung.

"Apa?" tanya James dengan nada bingung.

"Kau terlihat bodoh," Evangeline akhirnya tertawa melihat wajah kakaknya yang kebingungan.

"Apa maksudmu? Apa aku terlihat buruk dengan penampilan rapi seperti ini?" James menyipitkan mata pada bayangannya dikaca.

"Tidak, lupakan saja. Mungkin karena aku terbiasa melihatmu berpenampilan konyol dengan Roland, kau jadi terlihat aneh saat berpakaian rapi," jawab Evangeline. James tersenyum dan duduk disamping adiknya.

"James, menurutmu apa yang akan dikatakan ayah nanti?" gadis itu menatap kedua manik hijau kakaknya.

"Entahlah. Mungkin ayah akan menanyakan tentang kabar kita dulu, lalu ia terdiam dan menuangkan tehnya, lalu-"

tok, tok, tok

"James, Evangeline, ayahmu sudah datang," suara Leah terderngar dari depan pintu kamar James. 

Mereka berdua terdiam menatap satu sama lain, dan berjalan keluar kamar menuju tempat dimana ayah mereka berada. Kedua bersaudara itu jalan berdampingan dibelakang pengasuhnya, Leah. Mereka bertiga melewati lorong kastil yang hanya diterangi oleh cahaya bulan dari jendela besar berderet di sepanjang lorong tersebut.

EmeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang