Chapter 2 - Donuts

160 28 0
                                    

Sudah cukup lama semenjak (Y/n) melongo memerhatikan apa yang dibacanya dalam postingan.

Hahaa apa yang kubaca ini? Mereka bercanda? Hahh yang benar saja, si Levi itu melakukan perannya seperti ini.

(Y/n) terus membatin dalam hati, tidak memercayai apa yang telah dibacanya.

"Tapii.. kalau sudah sejauh ini juga dia bisa kubilang hebat sekali," gumam (Y/n). Tidak ia sangka, temannya kuliah dulu kini sudah menjadi aktor yang menurutnya luar biasa.

"Kalauu begitu, siapa ya perempuan yang menjadi lawan mainnya??" (Y/n) mulai menggulir-gulir postingan dalam aplikasi yang dimainkannya kembali sampai ia menemukan foto aktris Hanji Zoe pada poster dengan judul yang sama dengan poster film Levi sebelumnya.

"HANJI ZOEE!!" Teriak (Y/n) begitu kerasnya.

"Yang benar sajaa!! Kenapa mereka sangat luar biasa!! HAAHH aku masih tidak bisa menduganya, ya Tuhan, apa ini benar? Yang benar? Hahh."

Begitu lama (Y/n) bertanya-tanya sendiri dengan masih dilingkupi keterkejutan luar biasa sekaligus kagum pada kedua aktor dan aktris tersebut.

"Jadii, aktris Hanji Zoe ini memainkan perannya sebagai zombi yang merupakan lawan main Levi? Menarik sekali." (Y/n) kembali berucap sendiri sambil tersenyum-senyum.

(Y/n) terus membayangkan akan seperti apa mereka berdua dalam film tersebut, terus memikirkannya seolah menyukai keduanya sebagai pasangan. Hingga akhirnya tidak ada lagi yang dipikirkannya.

(Y/n) berbaring ditempat tidurnya, merebahkan tubuhnya yang kelelahan. Cukup lama ia hanya merebakan badannya tanpa melakukan apa-apa.

"Bosannyaaa!" keluh (Y/n).

Pikirannya mulai beralih ke Levi seorang, kembali membayangkan apa yang akan dilakukannya malam nanti bersama Levi seorang.

"HAHHH bahayaa! Aku tidak boleh memikirkannya, lebih baik aku bersiap-siap supaya Levi bisa merasa nyaman mengobrol dan menghabiskan waktu bersamaku."

Ia mulai bangkit dari kasur tempatnya berbaring, kemudian melangkah menuju kamar mandi.

*****

Setelah selesai membersihkan badannya, (Y/n) berdiri di depan lemari di dalam kamarnya lama, ia mulai kebingungan untuk memilih pakaiannya sendiri untuk dipakainya.

"Bodoh! Tidak mungkin aku memakai gaun tidur nyaman tetapi tipis yang biasa kupakai di dalam kamar untuk tidur," (Y/n) mulai mengoceh pada pilihannya sembari memegang gaun tidurnya.

"HAHH Bodoh sekalii untuk apa aku bingung memikirkan apa yang akan kupakai, lagipula ini hanya mengobrol biasa antar kawan se-apartemen bukan obrolan berdua antar pasangan, aku hanya perlu memakai pakaian yang biasa kupakai di apartemen ini," omelnya pada dirinya sendiri sambil memegang hoodie kesukaannya dan celana training panjangnya.

(Y/n) berdiri di depan cermin panjangnya, mulai mematut dirinya supaya tetap terlihat enak dipandang.

DING

Terdengar suara pintu apartemen yang terbuka.

(Y/n) menoleh ke arah pintu kamarnya, sepertinya Levi sudah datang, batinnya. Ia mulai merapikan rambutnya dengan jemarinya dan mulai berjalan keluar dari kamarnya.

"Selamat datang kembali, Levi!"

Dengan semangat yang begitu besar ia mulai menghampiri Levi yang masih berdiri di depan pintu. Tangannya diulurkan ke hadapan Levi bermaksud untuk menjabat tangan Levi.

Levi hanya berdiri diam melihat (Y/n) yang mengulurkan tangannya. Sejenak ia menatap tangan yang diulurkan padanya, lalu menatap lama pemilik tangan tersebut, hingga akhirnya ia mengeluarkan suara, heran sekaligus penuh tanda tanya.

"Hah?"

"Eh? Aku mau mengucap selamat padamu, Levi!"

"Tch, untuk apa memberiku selamat?" Levi kembali bertanya, tetap menghiraukan tangan yang terulur padanya.

"Yahh, tentunya karena keberhasilanmu dalam film ini"

"Tch, aku bahkan belum tau film ini akan meraih banyak keuntungan atau tidak."

(Y/n) menjawabnya dengan kekehan ringan, "Setidaknya jangan abaikan tanganku yang terulur ini, aku akan jamin filmmu banyak yang menonton, terutama oleh penggemarmu, Levi."

Levi akhirnya membalas uluran tangan (Y/n).

Tangan yang telah terulur lama di depan Levi, menyambut balasan tangan Levi sambil berucap, "Selamat atas selesainya syuting film drama zombi yang romantis ini Levi, semoga karirmu bisa tercapai lebih."

"Tch, ucapan macam apa itu, dasar bocah," jawabnya dengan sarkas namun diakhiri dengan tawa kecil. (Y/n) yang mendengar jawaban Levi hanya tertawa menutupi rasa malunya.

*****

Di depan meja tinggi dan panjang menghadap ke kaca, Levi duduk dengan tenang memerhatikan pemandangan di depannya melalui kaca besar yang menyuguhinya pemandangan kota di malam hari. Di mejanya, asap mengepul keluar dari cangkir berisi teh kesukaannya. Harumnya menguar menggapai-gapai hidung Levi, membuatnya relaks sembari terus menikmati apa yang di hadapannya.

(Y/n) yang baru saja menyiapkan kudapan malam di dapur datang menghampiri Levi. Di tangannya ia membawa nampan berisi donata favoritnya yang dibeli oleh Levi di perjalanan pulang dari syutingnya.

"Hahh donat-donat ini terlihat menggiurkan sekali, tak kusangka ternyata kau juga menyukainya ya Levi."

Levi yang mendengar (Y/n) menoleh menghadap perempuan itu, mengalihkan pandangannya dari kaca di hadapannya.

"Tsk, siapa bilang aku menyukai makanan manis seperti itu," jawab Levi.

"Eh?? Lalu untuk siapa donat-donat ini? Jangan bilang ini untukku? Ehh m-maksudku-"

"Oh sepertinya aku salah membawa donat itu padamu, kalau begitu berikan padaku, seharusnya ini donat untuk penghuni apartemen sebelah kita." Levi menjawabnya, mencoba mengerjai perempuan di hadapannya dengan kata yang meyakinkan.

"O-oh, kalau begitu akan aku antarkan," jawab (Y/n) kecewa.

"Tch itu donat untukmu bodoh. Kau tidak mau?"

"Ehh? Tentu aku mau, ini donat favoritku!" (Y/n) menjawabnya dengan keras.

"Kalau tidak mau berikan padaku, aku akan memberikannya pada tetangga sebelah," jawab Levi dengan mengulurkan salah satu tangannya.

(Y/n) menggenggam nampan berisi donat dengan erat, memundurkan badannya dari Levi, melindungi donat kesukaannya, "Aku mau! Aku akan menghabiskannya! Jangan berikan pada siapapun, lagipula tetangga sebelah kita sedang tidak di tempatnya."

Levi yang mendengarnya tertawa kecil, (Y/n) hanya diam melihatnya masih melindungi nampan. Levi meraih kepala (Y/n) dan menepuknya pelan, "Kalau begitu habiskan, bocah!"

"Levi tolong jangan banyak berakting di depanku," (Y/n) menatap Levi dengan serius, mulai duduk di samping Levi.

"Sudah diam dan makan donatnya," sebuah donat muncul di hadapan (Y/n), dengan refleks ia membuka mulutnya. Levi yang memegang donat itu langsung memasukannya ke mulut (Y/n) dengan agak menekannya. (Y/n) memegang donat di mulutnya mulai memakannya perlahan, sambil mengerutkan wajahnya pada Levi.

*****

Rasanya alurnya terlalu lambat ya, tapi nikmati dulu aja ya biar di depannya manis-manis wkwkk.

DREAMS (Levi Fanfiction AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang