1. Meet Him

6K 181 3
                                    

Stevie menyeret kopornya memasuki gerbang tinggi di salah satu perumahan elite di bilangan Jakarta Pusat. Matanya tak henti mengagumi bangunan di hadapannya yang berdiri kokoh dan mempunyai aura mengintimidasi.

“Gila, rumahnya saja begini, gimana orangnya?” decak kagum beberapa kali dilayangkan  Stevie yang kini melihat taman luas penuh dengan bermacam-macam tanaman yang ditata apik. Ia menyakini bahwa siapapun pemiliknya, pasti seseorang yang memiliki nilai estetika tinggi.

Butuh waktu sekitar lima menit untuk berjalan dari gerbang sampai pintu utama. Tidak heran memang kalau melihat  halaman pemilik rumah yang sudah seperti lapangan sepak bola.

Ting tong

Dengan sabar Stevie menunggu seseorang membukakannya pintu. Ia bisa maklum kalau akan menunggu sedikit lama, mungkin ruangan di dalam rumah juga luas minta ampun.

“Maaf, siapa ya?”

Stevie tersentak. Ternyata tak selama dugaannya.

“E.. saya Stevie, dan mencari Tante Lusi.”

Perempuan paruh baya yang membuka pintu memperhatikan Stevie sejenak. “Sudah buat janji dengan Nyonya?”

Stevie mengangguk sambil tersenyum ramah. “Sudah.”

“Kalau begitu, mari ikut saya.”

Dengan patuh Stevie mengambil kopornya dan mengikuti di belakang.

“Oh ya, nama saya Lasmi. Panggil saja, Bi Lasmi.”

***

Sesampainya di dalam rumah, kekaguman Stevie semakin meningkat. Interior rumah yang akan dia tempati tidak main-main. Rumah ini sangat megah, mewah, dan khas bangunan Eropa modern yang kental akan warna merah dan emas.

Ia jadi penasaran siapa jenius yang melakukan semua ini? Ah, jawabannya sudah pasti arsitek dengan bayaran selangit. Berbeda halnya dengan rumah di Surabaya yang ia tinggali bersama Bunda. Rumahnya sederhana dan interior pun dilakukan oleh Bundanya dengan  sedikit bantuan darinya.

Di ruang tamu besar milik Tante Lusi, terpasang foto keluarga yang terdapat tiga orang di sana, Mata Stevie memicing, melihat dengan seksama pemuda yang berpose gagah dalam balutan jas hitam elegan. Dari fotonya saja sudah bisa dipastikan kalau arogan mendominasi karakter laki-laki itu.

“Nyonya meminta kalau tamunya di suruh menunggu di ruang makan saja.” Jelas Bi Lasmi sambil mengarahkan Stevie untuk duduk dan sekaligus melepaskan perhatian gadis itu dari mansion. “Non Stevie mau minum apa?”

“Air putih saja, Bi.” Jawab Stevie sopan. Ia memang membutuhkan minum untuk membasahi tenggorokannya yang mendadak terasa kering. Ah, padahal belum bertemu pemilik rumah, tapi sudah gugup!

Sepeninggal Bi Lasmi, Stevie sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia tahu benar kenapa dipanggil ke rumah ini, tapi pertanyaannya adalah… kenapa harus dia? Apakah dia sanggup? Tanpa sadar, tangannya sudah saling meremas memikirkan kemungkinan terburuk yang nanti akan dihadapinya. Demi Tuhan, umurnya baru delapan belas tahun, baru saja melepaskan seragam dan status sebagai pelajar, tapi sudah diberi tanggung jawab besar. Semoga ia bisa bertahan!

“Stevie?”

Stevie terlonjak. Ia menoleh ke belakang dan mendapati wanita seumuran bundanya yang berjalan mendekat dengan anggun. Secara refleks, ia lantas berdiri dan mengangguk hormat.

“Tidak perlu terlalu formal, Stev.” Lusi menepuk bahu Stevie pelan. “Santai saja.” Lanjutnya sambil mengambil posisi duduk di depan gadis itu, bersamaan dengan Bi Lasmi yang membawa segelas air putih untuk Stevie dan secangkir teh untuk majikannya.

I'M YOURS (Prequel YOU'RE MINE) - On HoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang