Cerita Amak dan Tetta

5 0 0
                                    

"Ta, sebelum nikah dengan Amak,ketemu dimana dulu?" Aku membuka percakapan. Habis magrib. Diluar hujan sudah redah. Dengan menghisap dalam-dalam rokoknya,ia memejamkan mata. Mengingat kenanganya puluhan tahun ketika masih muda.
Tetta kemudian dengan senang ia menjawab: " Kau masih ingat dengan tamu yang datang malam habis isya itu?" Ia menghisap lagi rokoknya. " lelaki itulah yang mengenalkan saya dengan Amakmu." Ia menerangkan dengan perlahan dalam bahasa Makassar.
" Ie Tetta,hahah yang suara ketawanya keras sekali itu?" Saya tertawa karena orang yang dimaksud Tetta itu kalau ketawa keras sekali. Khas,punya cengkak-cengkok panjang. Seperti ayam ketawa.
Saya mendengarkannya dengan serius. " Begini ceritanya; dulu waktu sepupu Tetta mau menikah 3 hari sebelum hari H disitu saya melihat Amakmu. Ia orang pendiam,rajin. Dari sekian perempuan, Amakmu lah yang membiking saya jatuh cinta. Semenjak saat itu saya semakin rajin datang membantu dirumah sepupu Tetta itu, membantu apa saja. Yang penting kesana dan melihat gadis yang memiliki mata sayu dan biking adem itu," Tetta semakin semangat bercerita.
" Jadi selanjutnya Tetta,sempat pacaran juga?" Tanyaku penasaran.
" Sempat. Tapi tidak lama," Tetta membakar ujung rokoknya lagi,menyambung. " Saya semakin  penasaran dengan Amakmu. Ketika sudah tau namanya, orang yang datang kerumah kemarin malam itu, saya kompromi denganya. Memberinya imbalan dengan mengantarkan sebuah  surat pada Amakmu,ia jadi penghubung." Lanjutnya lagi.
" Jadi apa balasan suratnya Tetta?" Tanyaku lagi semakin penasaran.
"Amak mu bilang, punya perasaan yang sama katanya," Tetta memelangkan suaranya ketika Amak keluar dari dapur membawa kue lalu menaruhnya diatas meja.
Orang-orang dulu dikampung katanya amat susah dengan air. Listrik belum ada. Hanya lampu terbuat dari minyak tanah. Lampu minyak namanya. Jadi orang kampung dulu gotong-royongnya sangat bagus. Mengambil air bersih disumur dekat sungai lalu dipukul kerumah pengantin.
Nah Tetta dulu paling rajin katanya. Pagi-pagi sudah ada dirumah itu. Memikul air,memahat kayu. Yah apalagi,tujuan hanya bertemu sangpujuaan hatinya.
Ah kisah cinta-cintanya orang dulu klasik sekali. Membiking terharu hehe.
" Ma, dulu kirim-kirim surat cinta dengan Tetta?" Tanyaku ke Amak. Ia  melirik. Tersipu malu. Senyum-senyum lalu kembali kedapur hilang dari pandangan.
" Lanjut Ta, Amak sudah masuk," saya memperbaiki letak dudukku. Cerita semakin seru.
" Beberapa hari setelah itu, saya mengahadap ke Omnya Tetta, Anto' (kakek)Tiro mu  itu. Bilang kalau saya menyukai seseorang. Anto' mu membeliak terkejut. Ia bilang begini;' apa yang dikata orang jika kau menikahinya?' Saya menunduk. Orang-orang dulu begitu nak, harus tahu silsilah keluarga. Amakmu bukan dari keturunan ningrat. Tapi Tetta punya keturunan seperti itu." Tetta kemudian menghisap rokoknya dan menghela nafas panjang.
" Tapi ada jalan, setelah tahu kalau silelaki punya garis keturunan seperti itu,maka siperempuan ikut. Bisa tertutupi. Anak keturunan tetap ikut silsilah Tetta." Ia menerangkan dengan senyum lebar.
" Jadi apa lagi Tetta?" Saya lirik Tetta dengan bangga karna perjuanganya dulu seperti di cerita-cerita Roman kerajaan.
Diluar angin sangat tenang. Cuaca setelah hujan sedikit dingin tapi hangat berselimut sarung.

Bersambung.
          
Selamat Hari Ibu . Terimah kasih telah melahirkan saya Bu. Dan tanpa bertemu Ayah dulu, saya tidak jadi seorang anak.

-S.fahmi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

cerita 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang