Seorang pria dengan balutan jeans warna putih tengah berjalan menuju suatu tempat yang hanya ia ketahui. Pria tersebut berhenti ketika telah tiba di sebuah persimpangan jalan, kepalanya mendongak guna melihat jalan mana yang akan ia pilih untuk sampai ke sana.
Aku berjalan dari arah timur, ingin mengunjungi sebuah panti asuhan. Kakiku melangkah perlahan ke arah utara, bila terburu - buru, aku takut terpeleset salju dan itu sakit.
Tak lama kemudian aku telah tiba ditujuan. Kedua sepatu aku lepas sesuai perintah yang tertera sebelum bisa masuk ke dalam panti. Setiap sebulan sekali ketika aku beristirahat bekerja aku selalu kemari untuk bermain atau pun bercerita dengan anak - anak.
Walau anak - anak masih belum bisa mengerti sepenuhnya. Tapi percaya lah, telinga dan mata mereka sangat tulus bila sudah mendengar sembari melihat wajah kita.
" Selamat pagi Taeyong, hari yang dingin ya. " sapa seorang pengasuh anak kepadaku.
" Selamat pagi, ah iya benar sekali namun aku yakin anak - anak dapat menghangatkanku dengan pelukan mereka. " aku tertawa pelan seraya berjalan memasuki ruangan di mana anak - anak terkadang bermain.
Ketika pintu aku geser, sebuah serangan cinta berupa pelukan hangat mengejutkanku.
" Horrey! Kakanda Taeyong datang dengan coklat! " teriak salah satu anak kecil perempuan dengan rambut kuncrit dua yang sangat menggemaskan.
Sedangkan dua anak yang memeluk kakiku tadi juga ikut bersemangat kala mendengar kata coklat. Aku pun tertawa sembari berjalan pelan setelah menggeser pintu untuk menutupnya, ah anak - anak ini sudah sangat berat ternyata. Aku hampir tidak bisa menggerakan kakiku.
" Kakanda Taeyong! " anak berkuncrit dua atau bisa disebut dengan Kirin itu memanggilku. Aku tertawa, " Kakanda? " tanyaku kepadanya.
Kirin tersenyum malu - malu. " Kakanda Taeyong sangat tampan dan cantik! "
" Tapi cantik Kirin, " lanjutnya.
Aku terkekeh, mencubit kedua pipi gembalnya yang sangat menggemaskan dan kenyal. Seolah terbuat dari adonan tepung beras, pipi Kirin sangat mirip dengannya.
" Takuma Kazuma, turun dari kaki Paman dulu ya? Agar Paman bisa berbagi coklat. "
Dua anak kembar itu pun mengangguk dan langsung menurut. Mereka menatapku dengan mata berbinar karena sedari tadi menginginkan coklat yang tercium kuat baunya.
Setelah aku duduk, aku memberikan masing - masing anak satu box coklat yang berisi 4 keping makanan manis itu di dalamnya.
" Kotaro di mana? " aku baru menyadari ada satu anak yang tidak hadir. Yakni Kotaro, bayi lucu itu terkadang terlalu pendiam hingga orang tidak menyadari kehadirannya.
Anak kecil yang lain bernama Taka menjawab, " Kotaro terkena demam! "
" Aishh Kotaroku yang malang.. "
" Paman jangan sedih, Takuma sudah mendoakan Kotaro agar lekas sembuh! " ucap anak dengan senyum secerah matahari.
" Kazuma juga... " dan kembarannya ikut menimpali. Mereka sangat menggemaskan, aku ingin membawa pulang satu namun sepertinya hidupku masih sangat berantakan, tidak ingin membuat mereka sama berantakannya denganku.
" Kakanda tidak ingin bercerita? "
Aku terkejut kala mendengar pertanyaan Kirin. Bayi satu ini sekarang tengah memakan coklatnya seraya menatapku dengan mata bulat yang indah. " Kirin mau aku ceritakan lagi? "
Semua anak berteriak, " Mau! "
" Baiklah, tapi kalian harus berjanji untuk menggosok gigi setelah ini oke? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia ⚝ Jaeyong ✓
Short Story『 end! sad romance // short 』" Kau bilang peran kekasih dan sahabat itu sama, yang membedakan hanya rasa. Untuk apa aku memiliki kekasih bila aku mendapatkan keduanya pada dirimu? Lagi pula aku hanya mengetestmu kemarin, dan ternyata berhasil. " kat...