Kegelapan sepanjang mata memandang, hening sekeras telinga mendengar, dingin sepeka kulit merasa. Dia terombang-ambing dalam kegelapan. Begitu gelap hingga dia tak bisa membedakan apakah dia telah membuka matanya ataukah dia masih menutup matanya. Rasanya aneh, dan menyiksa dirinya. Dia membuka mulutnya mencoba mengeluarkan suaranya, tak ada sama sekali. Bahkan suara napasnya pun tidak ada. Dia memfokuskan pikirannya pada dirinya sendiri.
Dia tak bernapas.
Jantungnya tak berdetak.
Dia sudah mati.
Perasaannya campur aduk. Marah, tidak terima. Dia sudah mati. Dan apakah kematian memang sesunyi dan segelap ini? Jikalau begitu, mengapa ada orang di luar sana yang menginginkan kematian? Atau apakah hanya beberapa orang saja yang mendapat tempat setelah kematian seperti ini? Apakah ini hukumannya?
Dia mencoba mengingat penyebab kematiannya, saat-saat terakhir sebelum mati, dan hidupnya. Dan secepat kilat jutaan gambaran bermunculan di dalam pikirannya. Bagaikan kaset rusak, terus masuk ke dalam kepalanya dan saling bertabrakan dengan gambaran lain.
Dia kini mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Dia ingat.
Namanya Tom Marvolo Riddle, penyihir gelap, Pangeran Kegelapan, The Dark Lord Voldemort.
Dia membunuh terlalu banyak orang hingga terlalu banyak untuk dia hitung. Dia memecah belah jiwanya hingga beberapa keping seolah-olah itu adalah kue tanpa tahu risikonya. Dia melakukan banyak kejahatan, melanggar hukum alam.
Kemudian lagi, dia mencoba membunuh belahan jiwanya.
Belahan jiwanya, yang memiliki mata yang paling indah menurutnya. Dia mengingat gambaran kekasih hatinya.
Senyumnya manis seperti gula.
Mata hijau seperti hutan, seperti kematian.
Rambut hitam gelap mengalahkan gelapnya malam.
Jiwa murni yang tak bisa dikotori oleh bahkan kegelapan paling kotor di dunia.
Harry Potter, kekasihnya.
Dia mengkhawatirkan kekasihnya. Bagaimana kabarnya? Sedang apa dia? Baikkah? Apakah dia masih mencintai dirinya yang tak pantas ini?
Dia menyesalinya. Dia menyesali apa yang telah dia lakukan di masa lalunya. Dia menebusnya. Dia ingin mengulangi semuanya dari awal. Dia ingin memperbaikinya. Dia ingin. Dia ingin.
Siapapun, tolong berikan dia kesempatan.
Berikan dia kesempatan kedua untuk menebusnya.
Berikan dia kesempatan kedua untuk bertemu dengan kekasihnya lagi.
Tolong!
Berikan dia kesempatan!
Siapa saja! Dia akan melakukan apapun!
Tolong berikan dia kesempatan kedua.
Tolong!
"Tolong, berikan aku kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya dari awal..."
*****
Aula itu besar, dilenuhi oleh mayoritas anak-anak di bawah umur, memakai empat seragam berbeda di setiap empat deretan meja. Langit-langitnya seperti langit malam, disihir. Di depan aula, ada sederet meja untum orang dewasa yang diyakini sebagai staf. Beberapa kaki di depan meja kepala, ada kursi kayu, orang dewasa di sampingnya memegang sebuah perkamen di satu tangan dan topi tua di tangan lainnya.
Melihat lebih jauh lagi, beberapa kaki dari kursi kayu, ada sekumpulan anak-anak berjubah hitam polos tanpa lambang atau warna apapun.
Orang dewasa yang memegang perkamen itu berseru, "Riddle, Thomas!"
Dari kerumunan anak-anak berjubah hitam polos, melangkah lah seorang anak laki-laki tampan dan menawan. Jalannya penuh keanggunan, mantap, dan penuh kepercayaan diri disertai ketenangan, tidak seperti anak-anak yang dipanggil sebelumnya. Rambutnya coklat gelap tertata rapi, mata kayu, rahang kokoh, kulit putih pucat.
Anak itu duduk di kursi kayu yang disediakan di depan aula, dan topi tua diletakkan di atas kepalanya. Dan kemudian, dalam pikirannya, terdengar suara si topi.
'Halo, kita bertemu lagi. Tom Riddle, atau haruskah kupanggil Voldemort? Selamat atas kesempatan kedua yang kau dapat, gunakan dengan baik.'
Ya, dia akan memastikan semuanya berjalan baik dan masa lalu tak akan terulang.
Karena ada seseorang yang dia tunggu-tunggu kelahirannya.
****
Kemarin ada yang nanya tentang lanjutan, nih, Author buatin. Baik kan Author?
Untuk masalah melanjutkan atau tidaknya, kita lihat aja oke? Kalau ada yang minat, mungkin akan Author lanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dusk Till Dawn
FanfictionHarry berjanji untuk tetap berada di sisi Voldemort dari senja hingga fajar datang.