Reenantk
Pada 3400SM, sebuah inovasi lahir-aksara kuneiform-sebuah bentuk tulisan yang diyakini akan mengubah dunia. Namun, di tengah kemajuan ini, tersembunyi kekuatan yang tak terduga: kekuatan untuk mengubah nasib, membentuk hukum, dan bahkan memanipulasi sejarah.
Enlil, seorang pemuda cerdas yang berasal dari keluarga biasa, menyadari potensi besar yang dimiliki oleh tulisan ini. Di bawah bimbingan mentornya, Nanshe, ahli tulis yang dihormati, Enlil mulai mengembangkan aksara kuneiform untuk membantu perdagangan dan hukum. Ia bermimpi bahwa tulisan bisa menjadi alat untuk membawa keadilan dan kemakmuran bagi semua orang.
Namun, impian itu segera terancam ketika Ur-Nammu, seorang bangsawan ambisius, melihat tulisan sebagai alat kekuasaan. Ia menggunakan aksara untuk mencatat hukum-hukum palsu, mengontrol rakyat, dan memperkaya dirinya sendiri. Bagi Ur-Nammu, aksara adalah senjata yang bisa menghancurkan musuhnya tanpa perlu peperangan.
Di sisi lain, Iltani, seorang pemimpin suku nomaden, memperingatkan Enlil bahwa tulisan ini adalah kutukan. Bagi suku-sukunya, menuliskan nama seseorang berarti mengikat roh mereka pada dunia fisik, menghancurkan keseimbangan spiritual dan menyebabkan kesengsaraan. Iltani memimpin kelompoknya untuk menghentikan apa yang mereka sebut sebagai "penyihir aksara" sebelum kekuatan tulisan itu merusak alam dan jiwa manusia.
Sementara Enlil berada di persimpangan jalan, ia menemukan bahwa aksara kuneiform bukan sekadar alat untuk mencatat sejarah, tetapi juga memiliki kekuatan untuk mengubah nasib. Ia terjebak di antara dua kekuatan besar: suku-suku yang percaya tulisan sebagai kutukan dan Ur-Nammu yang ingin memanfaatkannya untuk kekuasaan pribadi. Saat konspirasi dan pertarungan memuncak, Enlil harus memutuskan apakah akan terus mengembangkan aksara atau menghentikannya sebelum peradaban itu sendiri hancur oleh simbol-simbol yang mereka ciptakan.