Penulis : Yolla Pradilla Senyummu jelas terbayang dalam mataku, hatiku, dan pikiranku Tak banyak kata yang berucap dari mulutmu hanya melihat adanya kamu di sini adalah bukti kau telah masuk ke dalam semestaku Bersedia menyediakan sandaran untukku rebahkan apa yang ada di dalam hati ini, kau pun tersenyum manis. Ternyata aku lupa bahwa banyak orang yang menyaksikan kita berdua kala itu yang sedang duduk menggenggam tiket menunggu pintu teater bioskop terbuka. Hiraukan saja bisik dalam hatiku yang terus menerus menyimakmu bercerita tentang pengalaman yang sudah lampau. Terkagum kagum bahwa yang aku tahu kau orang yang sangat berani, kuat, tegar, padahal ia seusiaku namun sudah banyak yang ia lalui. Jika boleh aku ingin terus disampingmu menemanimu yang sedikit keras kepala. Hari sudah mulai senja juga melihat matamu sayu kelelahan sudah menemaniku seharian rasanya tanganku yang erat tak mau melepaskan tanganmu. Sudahlah kau jadi milikku saja ya? hehe Esok harinya aku menunggu sapaan darimu di "WhatsApp" Namun ada yang janggal dalam benaku, kau menyuruhku untuk menjauhimu. Kebenarannya adalah masalalu masih bersama mengikat merantaimu lalu bisa apa diriku? dengan wajah kebingungan aku harus ikhlas dan mengerti. Jangan salahkan dirimu, kamu baik sudah mengenalkanku dengan sebuah arti dan rasa nyaman, akunya saja terlalu jauh untuk mendeskripsikannya Terlalu jauh untuk menjadi realita Terlalu cepat untuk tumbuh Dan terlalu tak pantas untuk bersama Namun jika suatu saat mencari, aku ada disini Jika suatu saat kau tanyakan aku masih dan tetap seperti ini.. Benar kata bung Fiersa : Ketika kesetiaan menjadi barang mahal Ketika kata maaf terlalu sulit untuk diucap Ego siapa yg sedang kita beri makan? Entah aku marah bukan berarti tak peduli Aku diam bukan berarti tak memerhatikan Dan aku hilang bukan berarti tak ingin dicari Kau yang terbaik, juga terburuk Kau yang mengajari arti patah hati Kau beri harap lalu kau pergi