Blurb : "Kak, Ibu kritis." Itu adalah pesan yang membawa langkah Bella berlari sangat kencang menyusuri bandara London, mengejar pesawat yang akan dia naiki untuk kembali pulang ke Seoul. Namun seperti banyak kabar buruk yang lainnya, Bella tidak berhasil mengejar pesawatnya. Dia tertinggal. Dengan napas yang terengah, dengan kalut yang luar biasa, dia tertinggal walau jarak bertemu Ibunya hanya tinggal beberapa jam saja. Hari itu adalah segala yang terakhir untuk Bella. Ujian universitas terakhir, makanan di lemari pendingin terakhir, seluruh tabungan terakhir, juga mungkin ... kesempatan untuk bertemu Ibu ... yang terakhir. Bella sudah tidak punya apa-apa lagi bahkan hanya untuk bisa berdiri, sehingga dia menangis. Tangis paling menyakitkan yang pernah dia gemakan di tengah keramaian orang-orang di bandara. Tapi seramai apapun di sana, tidak ada satupun yang peduli pada sakitnya Bella. Semua orang hanya melanjutkan hidup mereka. Semua orang, kecuali satu pria yang tiba-tiba menyentuh pundaknya dengan terengah dan berkata, "Pesawat ke Seoul sudah berangkat, ya?" Ternyata, Bella tidak ketinggalan sendirian. Dan mereka mulai mengenal satu sama lain dengan lebih dekat. Namun ketika mereka terpisah, mereka lupa, mereka belum memberikan nomor ponsel pada satu sama lain.