Waktu itu ketika Asyila berdiri di jembatan melihat langit dengan semburan warna antara jingga dan kuning yang indah, disebelah nya ada lelaki berpakaian SMA yang sedang menenteng plastik dengan wajah kalut. Katanya, "Senja itu selalu menjadi perihal orang untuk menenangkan pikiran, bahkan gak heran warnanya bisa menjadi alasan seseorang mengulas senyum." Lelaki itu menjeda, menghela nafas. Lalu. "Namun mereka buta, bahwa malam itu jauh lebih indah dari Senja. Coba jawab, Kenapa?" sosok itu beralih bertanya pada Asyila. Lelaki itu tersenyum melihat Asyila yang diam tak menjawab, namun bukan memberikan jawaban atas pertanyaan tadi dia justru pergi memberikan sebuah plastik. ••• Ini karya cerita ku yang ketiga, murni imajinasi sendiri. Berkisah tentang fiksi remaja, dan tidak bergenre bxb maupun gxg. Terimakasih. - No plagiat - setiap bab berikan dukungan seperti vote - Dan disertai komen sebagai semangat untuk Author. - jika ada kesamaan tokoh atau apapun, itu tidak disengaja. - ikuti akun Author, dan simpan di
1 part