Aelithwriter

Sepertinya aku tidak bise mengubah nama pen name ku *sigh

Aelithwriter

"Wild Wave"
          
          Aku bukanlah orang yang pendedam. Hidupku sudah cukup sulit  tanpa harus melibatkan hatiku bermain di dalamnya. Tetapi ketika satu-satunya keluarga yang aku punya direnggut dengan cara yang menyakitkan. Pada saat itu aku masih lah orang yang sama tetapi dengan tujuan yang berbeda.
           
          "Siksaan apa yang paling menyakitkan di dunia ini?"
          
          Dia diam tidak menjawab.
          
          "Itu adalah saat kau merasakan perpaduan mematikan dari hari harapan dan rasa takut. Kau akan merasakannya seumur hidupmu. Kematian adalah hukuman yang harus kau  lakukan sendiri."
          
          Kemudian dia menatapku dengan kedua matanya yang memancarkan perasaan terluka. "Selama kau bernafas di dunia ini,  jangan berharap aku akan menyerah. Karena itu tidak akan mungkin."
          
          "Itu lah maksudku. Harapan yang kau katakan dan rasa takut yang berada dibenakmu. Kau tahu persis apa yang akan kulakukan."

Aelithwriter

Kepemimpinan dan Keterpihakan.
          
          Dalam masa damai selalu tersembunyi kekelaman jiwa orang-orang yang haus akan tahkta. Ketakutan dari mereka yang selalu mendongak dan bergantung pada keputusan langit. 
          Ketika itu semua hancur dalam waktu satu kedipan mata entah kemenangan atau kekalahan yang mereka lihat. Kehidupan lah yang membuat mereka bersorak. Marah dan bahagia sudah tidak terlihat perbedaanya. Dan satu hal yang pasti kehancuran bagi orang yang tidak berpihak.
          Dante pernah mengatakan bahwa satu tempat telah terisi di neraka bagi orang yang tidak memilih dan berpihak pada krisis moral yang sedang ada. Sedangkan, neraka belum pasti kita temui setelah mati. Dunia adalah neraka yang kadang banyak orang sebut dengan surga. Jangan marah, karena kau yang berada diantaranya tidak pernah memiliki hak tersebut.

Aelithwriter

Hujan. 
          
          Warna hijau menggelap ketika hujan turun. Awan kelabu bergulung-gulung di atas sana menunggu doa-doa polos dari orang-orang yang membenci hujan. Beberapa orang sepertinya menghindari hujan. Beberapa lagi menerjangnya dengan berani. Ada juga yang melangkah dengan riang kesana kemari. Ada yang sepertiku juga dengan melihat daun-daun menggelap kemudian ingatan tentangnya melebur bersama melodi rintik-rintik hujan. Katakan rindu jika memang begitu, nyatanya keberanian yang berlangsung hanya selama kenangan itu muncul. Nanti setelah hujan mereda akan selalu sama. "Dia mungkin sudah merasa bahagia dengan orang lain."