Percakapan yang Pudar
Dulu, jalinan kata terjalin erat, Obrolan mengalir bak air di sungai yang deras. Tawa dan canda menghiasi tiap pesan, Membuat hati terasa ringan dan beban pun sirna.
Namun, seiring waktu yang terus berputar, Percakapan kita mulai terasa pudar. Pesan demi pesan semakin jarang terkirim, Hingga akhirnya, hening pun menyapa, bagaikan senja yang temaram.
Aku bertanya dalam hati, di mana keramahan itu kini? Apakah kesibukan telah menelan waktu kebersamaan ini? Atau adakah luka yang terselip di antara kita, Yang membuatmu memilih untuk menjauh dan lupa?
Aku teringat semua kenangan indah yang pernah tercipta, Tawa dan canda yang tak terkira, Dukungan dan semangat yang saling kita berikan, Kini hanya tinggal kenangan, bagaikan mimpi di pagi hari yang cerah.
Aku ingin bertanya, mengapa semua ini terjadi? Apakah persahabatan kita tak berarti lagi bagimu? Atau adakah yang bisa aku lakukan untuk mengembalikan kehangatan ini?
Namun, aku sadar, terkadang tak semua yang kita inginkan bisa terwujud. Ada kalanya kita harus merelakan dan menerima kenyataan, Bahwa tak semua orang bisa selalu berada di sisi kita, Dan ada jalan yang harus ditempuh sendiri.
Meski begitu, di sudut hatiku, masih ada secercah harapan, Bahwa suatu saat nanti, kita bisa kembali menjalin percakapan. Mungkin tak sesering dulu, tapi cukup untuk menghangatkan hati, Dan mengingatkan kita akan persahabatan yang pernah terjalin erat ini.
Hingga saat itu tiba, aku akan terus menyimpan kenangan indah ini, Sebagai pengingat bahwa aku pernah memiliki seorang sahabat sejati. Dan aku akan selalu mendoakanmu, semoga kau selalu bahagia, Di manapun kau berada, dan apapun yang kau lakukan.
(Created By AI)
Semoga menginspirasi!