~Tentang rindu di selatan hati~
Ini tentang rasa yang terpendam di selatan hati, yang memang sengaja kutimbun rapi. Pernah suatu pagi aku duduk di depan kelas, bersama ia yang berambut panjang bergelombang dengan senyum khas. Rindu namanya, atau biarlah begitu aku memanggilnya. Rindu begitu ramah, ia suka sekali bercerita tentang apapun. Tentang pulpen merah jambu yang ia beli di koperasi, tentang tugas yang lupa ia kumpulkan kemarin pagi, dan tentang anak kelas sebelah yang mendekatinya berkali kali. Aku suka apapun cerita yang ia sampaikan, meski di sela sela waktu istirahat yang begitu singkat.
Namun entah bagaimana pagi itu ceritanya terasa berbeda. Ada yang mengganggu hatiku, namun aku tidak tau pasti apa yang kurasa. Di tempat yang sama, di bangku panjang dekat jendela, kami duduk memandang lapangan yang ramai dengan tawa. Rindu bercerita seru sekali, tentang sweater kesukaanya, tentang poni barunya yang lucu, dan tentang anak kelas sebelah yang chatnya ia balas kemarin malam. Kata rindu, lelaki itu menarik. David namanya
Rindu bercerita panjang lebar dengan senyumannya yang sempurna meski bibir merahnya terlihat kering.
"Ndu, nih minum", ujarku. Ia menerima botol airku dan meminumnya. Lalu kembali bercerita
Aku mendengarnya seperti biasa. Namun, kali ini matanya tak memandang mataku. Matanya memandang jauh ke depan dengan binar yang tidak biasa. Ia bercerita sambil tersenyum dan mengayun ayunkan kakinya. Entah kenapa hatiku terasa sedih. Padahal rindu tak bercerita hal yang sedih, dan tak ada kata kata rindu yang menyakitiku.
Namun sejak pagi itu, dan pagi pagi yang lain setelahnya, semesta mulai memberikan kami jarak. Aku lupa kapan tepatnya, namun sejak saat itu kami tidak pernah lagi duduk berdua di istirahat pagi yang singkat. Rindu sibuk dengan david sementara aku sibuk menutup luka di hati.
..........
.........
..........