"kamu tahu enggak ini rumusnya apa?" kamu mengulurkan sekumpulan kertas beserta raut wajahmu yang amat bingung.
sumpah, kamu lucu deh. sungguh. harusnya aku kasih lihat mukamu itu di cermin, soalnya kamu memang sedemikian lucu.
"coba mana sini, aku lihat dulu." mau tak mau kuambil, meski kutahu bahwa aku enggak bakal jawab pertanyaanmu.
"wah, kalau ini aku enggak tahu. aku, kan, tahunya cuma menyukai kamu."
mukamu seakan muak dengan sikapku, ya. memang, dan aku suka hal itu.
"ini bukan waktunya gombal, irene." aku terkekeh.
sebab aku—kita—tahu, bahwa hanya aku yang bisa membuatmu jadi begitu dan hanya kamu yang bisa memaklumi semua kelakuanku.