Alwayshappy555

Hello Kak, salam kenal. Bila berkenan, baca cerita 'Cat and Boy', yuk :)
          Blurb:
          Wisuda. 
          
          Kata yang menunjukkan sebuah pencapaian luar biasa bagi seluruh mahasiswa, karena mereka telah berhasil melalui lika-liku kehidupan kampus. Seharusnya momen tersebut menjadikan Aurum Andascara, mahasiswi berwajah cantik dan ber-ipk tinggi bahagia, akan tetapi ini sebaliknya, penuh kemuraman, kesedihan, serta tangan yang bermandikan darah. Walaupun begitu, ia kepalkan erat-erat, obsidiannya memandang lekat pemandangan danau yang tak jauh dari hadapannya.
          
          "Maaf ... maafkan aku ..." katanya dengan gemetar. Tak ada orang yang menyahut, selain suara klakson dari lalu lalang kendaraan yang melintas. Semilir angin membelai halus rambut pirang yang acak-acakan. Bukan hanya itu, sang bayu tersebut menjadikan dirinya semakin sesak, malam yang sunyi, rembulan juga malu-malu untuk melihat sosok yang tengah mengalami depresi berat. 
          
          "Maaf ...." 
          
          Setelah itu, Aurum menaiki pembatas jembatan, lalu terjun bebas ke bawah sana, danau yang deras akan air jernihnya.
          
          Bug ...         
          Jangan lupa tinggalkan jejak ya, terima kasih♥  Https://www.wattpad.com/story/173217135

jagungbakar91

          Salam kenal, Kak...
          
          Aku mau recomen cerita ini, Kak. Genre Dark Romance
          
          
          ¤¤¤
          
          Menyeberang, aku berencana untuk beli rasa pedas seperti biasa.
          
          "Bang, yang pedes kayak biasa!" pesan Tamara pada penjual.
          
          "Siap, Neng!" Abang penjual mengipas panggangannya.
          
          Aku masih berpikir, mau yang pedas atau tidak. 
          
          Asap semakin mengepul. Menghirup aroma, tiba-tiba ada sesuatu yang bergejolak di perut.
          
          Bau yang biasanya kusuka, saat ini malah membuat mual.
          
          Mengejutkan. Bahkan, Tamara sampai membulat matanya, saat melihat aku muntah-muntah.
          
          Tamara mendekatiku yang masih membungkuk. Kepala pusing, tubuh lemas. Aneh, kenapa bau ini sangat menyiksa?
          
          "Lo kenapa, An?" Tamara yang berdiri di sampingku, bertanya.
          
          Aku mengelap mulut yang masih ada sisa muntah. Yang ditanyakan Tamara, itu juga yang aku pikirkan.
          
          Aku ... kenapa?
          
          
          ¤¤¤
          
          Ini link untuk baca, Kak:
          
          
          https://my.w.tt/qwKVwDdVP7