.
Mereka berlima berkumpul di rumah Mbah Pringgo, duduk di atas tikar dengan pintu tertutup rapat.
Nara duduk diapit kedua sahabatnya, Martha merangkul pundak Nara. Berharap Nara tidak histeris lagi. Ini sudah yang ketiga kalinya mereka bertanya, tapi berakhir dengan wajah Nara yang menggelap dan teriakan pilu.
Nara menoleh Martha dan Reza bergantian.
"Bagaimana saya bisa bercerita kalau saya-"
"Ra, gue tahu lo itu cuma bo'ong." Martha menatap Nara yang sedang duduk termenung. Ia putus asa melihat sahabatnya itu.
Melamun dengan memeluk lutut adalah hobi baru Nara. Membuat Martha tidak sabar dan kesal. Mereka sudah meyakinkan gadis itu, akan melindunginya. Tapi Nara seperti tidak percaya, hal itu membuatnya memilih bungkam. Toh jika ia bercerita juga tidak akan berpengaruh apa pun.
"Cerita sama gue, Ra. Apa lo juga nggak percaya sama gue dan Reza?" Martha beralih menatap Mbah Pringgo. “ Mbah, ada yang mau saya Sampaikan. Sebenarnya beberapa waktu lalu Reza kesurupan.”
Mbah Pringgo diam.
“Reza kesurupan, dan hantu itu bilang ‘pohon rindang dan hijau, tapi di situlah terkubur kesedihan’ saya bingung mau ketika mau bercerita. Saya takut harus bercerita pada siapa.”
Mbah Pringgo menoleh pada Kusno yang ikut menyimak dengan raut serius.
“Pohon rindang dan hijau, tapi di situlah terkubur kesedihan?” Kusno bergumam. Memikirkan sesuatu. “Itu petunjuk, Mbah,” ucapnya bersemangat.
“Nak Martha, yang merasuki Nak Reza itu laki-laki atau perempuan?” Mbah Pringgo bertanya dengan pelan.
“Perempuan, Mbah. Dia juga ....
Baca cerita MISTERI SERUNI Versi lengkap di KBM App. Aku Ishana. Terima kasih.