Duavariabel

Hei. Sweet Pea, Jitender, dan Dalam Memori aku pindah ke akun Penazora. Yang mau baca silahkan berkunjung ke sana.
          	
          	Wkwk. Duh malu aku

ndaoctavria

@Duavariabel knp ganti akun lg? 
Reply

Duavariabel

Seseorang selalu butuh waktu sendiri. Aku berada di titik terjenuh. Kupikir ini karena salahku sendiri. Mungkin aku berharap terlalu banyak. Mungkin aku bermimpi terlalu tinggi. Mungkin aku iri setengah mati. Itu sebabnya, aku harus istirahat, bukan berhenti, bukan menyerah. Aku bersembunyi, tapi akan kembali. Aku akan merindukanmu sebanyak kamu merindukanku. [] 

Duavariabel

Yah, aku, Min Yoongi. Terusir dari hidup Jungkook. Yoongi yang kehilangan sang adik. Yoongi yang penyesalannya tak terhingga. Terlebih ketika Min Yoongi, diriku, menyadari kalau hal yang Jungkook lakukan barusan hanya agar aku tak merasa sakit ketika melihat kematiannya.
          
          "Tidak. Mari kita mati bersama. Ini permintaanku sesungguhnya." Karena kutahu adikku tak mampu hidup lebih lama. [] 

Duavariabel

"Jungkook."
          
          Dia tak berbalik. Memilih menunduk alih-alih menjawab panggilanku. Anak itu mulai bisa mengabaikan, seperti aku, dan kupikir itu membuatku benci setengah mati. Pada diriku sendiri.
          
          Kupanggil sekali lagi, tapi dia memilih berjalan pergi. Menjauhiku. Aku terdiam, lalu berlari sekuat tenaga ketika Jungkook limbung di depanku. Darah dari hidungnya mengotori kemeja, mengotori pasir, mengotori tanganku yang memang sudah kotor sedari awal. Seharusnya aku tidak pernah mengabaikan dia. "Maaf. Aku tidak memohon, tetapi aku sungguh minta maaf. Padamu."
          
          Tangan lemasnya menyingkirkan tanganku. Tubuh tanpa tenaganya mendorongku. Aku pantas mendapatkan hal yang lebih buruk. Dia menangis, aku sudah melakukannya sejak menemukan dia yang putus asa. Matahari pagi di pesisir pantai tak mampu mengembalikan harapannya, karena laut lebih dulu menenggelamkan hal itu.
          
          Aku kembali mendekat. Dia memukul-mukul dadaku. "Kau," dia menarik napas. "Kenapa ... kenapa aku harus sekarat dulu agar kau menyesal?" Pukulannya terhenti, dia terduduk. "Penyesalanmu tak akan membuatku bahagia, Yoongi. Aku sudah melupakan caranya."
          
          "Tidak, Jungkook ...."
          
          "Dengar." Dia menatapku begitu tajam kendati darah terus menerus keluar dari hidungnya. "Mari kita kabulkan permintaanmu sejak dulu. Kau bukan kakakku. Aku bukan lagi adikmu. Selamanya seperti itu." Kedua matanya mengerjap. Hampir terjatuh lagi dan aku kembali menangkapnya. Kali ini, Jungkook membiarkan Yoongi mendekapnya. Tapi kalimat yang sang adik lontarkan membuat Yoongi merasa hancur untuk kesekian kali. "Pergilah, Yoongi. Sekalipun kau di sini, aku akan tetap mati." []