Ahh... Jadi pengen nangis
Hampir empat minggu aku ngurusin praktek teater, dari bikin naskah nya, revisi naskah, ngehubungin anggota kelompok satu² yang gak tau mau dapat nilai apa enggak, terus pada protes mau ganti naskah tapi ujung-ujungnya gak bisa bikin sendiri, karena pada kekeuh pengen ganti akhirnya aku bikin naskah yang baru lagi, abis itu nyari backsound, terus latihannya pada gak serius kerjaannya ketawa terus, padahal udah diingetin kalau penilaian diitung individu dan kelompok.
Selama hampir empat minggu itu lumayan banyak hambatannya, belum lagi ngeliat kelompok lain yang persiapan tampil nya udah mateng dan emang anggota nya mau diajak kerjasama. Waktu ngelihat proses kelompok lain latihan dan ngebandingin sama kelompok sendiri, aku malah nambah semangat buat bikin kelompok sendiri biar lebih bagus dari yang lain. Gak masalah kalau anggota kelompok aku memang dari awal dianggap orang orang buangan sama yang lain, gak masalah juga walau didalam kelompok sendiri aku dianggap anak ilang yang hidupnya itu beda dari yang lain, yang kalau dikelas kerjaannya cuma ngerjain tugas dan mentingin nilai sampai dianggap sok. (padahal situ juga kalau ngerjain tugas liat nya ke saya kok)
Hari-H nya, kelompok ku tampil urutan ketiga, pokoknya harus nampilin yang terbaik. Nah, kan bener... Karena latihan sama sekali gak ada yang serius hasilnya bisa ditebak, mereka gak hafal dengan naskahnya, intonasi suara gak pas, ekspresi wajah dan tubuh banyak yang gak sinkron, beruntungnya setengah dari mereka masih inget alur naskahnya dan untuk peranku yang aku buat muncul di sebagian besar adegan, jadi tiap alur cerita terhenti atau ada yang gak bisa lanjut ngomong sekalipun bisa kebantu sama kita untuk improv. Tapi yang jelas bikin kelompok ku sedih adalah penampilan kita gak bisa sampai akhir, karena waktunya habis...