daveslouis
I wish to read your masterpieces one more time, ternyata sudah di-unpublish. Buku-bukumu masih setia duduk manis di library, semoga masih ada kesempatan di masa depan untuk baca semua hal itu lagi. Anyway, thank you for your comment two years ago di cerita pendek saya. Semoga bertemu lagi, penulis dan mahakaryanya!
orcheron
Hi, Meng! Apa kabar? Aku berkunjung untuk baca ulang ceritamu tp ternyata ceritamu udh diunpub semua ya
HALELVNA
merry christmas, everyone!✨
HALELVNA
ma, aku telah banyak menulis tentang berita-berita kepergian / masa-masa yang kekanakan / pelepasan anugerah yang nyata bimbang / kita amatir meski tegak berjalan / ma, aku telah banyak menulis / telah lebih banyak daripada setumpuk debu rumah kita yang hancur oleh badai konflik / setiap pagi mereka terpupuk embun / setiap malam mereka tertidur di atas jerami mimpi / tidakkah kau sadari, ma? aku menulisnya dengan dirimu tersadur di judulnya / aku menjadi waswas tentang pekerjaan / aku menjadi gegap tentang derap waktu di sekitar / seorang anak perempuan pernah bertanya / “apa sih bakat kamu? kamu punya bakat nggak sih?” / dan esoknya aku bunuh diri untuk menggentayangi kepongahannya / membangun lamunan demi lamunan / aku hendak hidup / sebanyak kau menumpuk baju dan mendedikasikannya sebagai kompilasi kenangan / aku hendak menari meski esok rambutku telah kering mampus daripada padi-padi bulan juni / hiduplah selamanya, ma. melajulah searah ombak-ombak puisiku / menyergap batinmu hidup-hidup. selamat hari mama!✨
scentofsea
Halooo! Terima kasih sudab bersedia singgah di cerita saya, terima kasih juga untuk bintang-bintangnya^^. Lots of love for yaa, have a nice day ♡♡♡
HALELVNA
@korepocket hi hi hiiii, maaf ya baru cek wp lagi. oneshoot kamu bagus bgt walaupun aku baru baca beberapa, sedikit banyak ngurangin rindu aku untuk nulis juga akhir-akhir ini sksksk thanks bgt pokoknya, oiya salam kenal juga ya
•
Reply
HALELVNA
aku terbangun di bulan september dengan padang ilalangnya yang rubuh di bawah terik berlapis emas. di langit bersinar kondensasi bekas eksodus purnama, terang tulusnya tak jemu kutatapi. tidak ada manusia lagi selain aku dan bayang-bayang mereka yang bangkit dalam bentuk hantu ketika aku bermimpi. bukankah januari terakhir kita masih begitu manis untuk selamanya bisa dikenang? aku harap aku bisa menjawabnya tanpa gagap sedikit pun; begitu juga kalian. setiap aku memutar lagu itu, aku jadi teringat bunyi roda kereta menuju jakarta; racikan kopi yang tak asing lagi; jam makan siang yang tak pernah jadi teladan. esok adalah rutinitas baru. tetapi kita menghadapinya seperti biasa, seperti kita tidak sedang menginjak pusaran air bah. wajah-wajah tersenyum adalah kenang-kenangan yang tergeletak di meja makan malamku, tahukah betapa getirnya saat itu? jika aku punya mantra ajaib, aku mau jadi montir nasib, jadi kita tidak perlu menipu kesedihan sebab aku dapat mereparasinya ke sedia kala. hanya pada bumi kita selalu bertiup simfoni di ruas-ruas anginnya sampai tanpa pernah sadar bahwa perahu kita terapung di badan ombak ganas. hari ini aku juga memanjat halaman-halaman buku serta mendiami gempa, padahal di lubuk hatiku ada ledakan pesawat. dalam kekacauan itu aku hanya meninggalkan tulisan ini sambil berharap masih tersisa cahaya rembulan di luar jendela. jadi, bersinarlah terus sampai nanti. benar, sampai nanti. sampai kita bertemu lagi.
HALELVNA
gaknangisgaknangisgaknangisgaknangisgaknangisgaknangisgaknangisgaknangisgaknangisgaknangisgaknangisgaknangis
•
Reply
Iatibules
Tulisan-tulisan kamu cantik sekali! ♡
HALELVNA
@Iatibules hi, terima kasih banyak ya♡ cerita-ceritamu juga manis kok dan aku pernah mampir beberapa waktu lalu. kagum banget pas sadar sekarang udah banyak penulis udah mulai bergairah menjurus ke gaya tulisan tertentu :D
•
Reply
HALELVNA
beberapa hari ke belakang, aku berpikir kalau kehilangan nggak akan selamanya berbuah buruk tapi rasa yang hilang itu nyaris harus diraba apa adanya; diresap sepenuhnya. seminggu lalu, aku berbuih-buih soal kematian sahabatku ke salah satu sahabatku yang lain. aku menyayangkan banyak hal, menyesali ini itu sampai menjerit-jerit, bahkan menyalahi diri sendiri rasanya sudah kayak bagian upacara sakralnya. aku patah hati soal kematian itu, tapi nggak bisa bilang dan nggak bisa apa-apa. padahal kehilangan dalam bentuk lain sudah kujalani dengan lebih tabah, konflik demi konflik yang lebih bikin mati rasa sudah aku resapi dalam-dalam, dan aku masih hidup sebagaimana nasib masih anteng merawat aku dengan serba-serbi absurdnya. tapi kehilangan kali ini lebih banyak sakitnya, cuma aku nggak tahu bagian terbesarnya apa jadi aku nggak bisa bilang dan nggak bisa apa-apa lagi selain diam-diam nangis dan harus kerja dalam kondisi yang serba goyang. aku bahkan mungkin akan lebih tabah kalau diajak berantem sama orang dan dilenyapkan gitu aja. tapi soal kematian itu, aku nggak bisa bilang dan nggak akan pernah bisa apa-apa selain meraba rasanya apa adanya karena hal-hal baru kelak akan tumbuh dari sisa danurnya yang masih basah.
ADVENTIERE
jeonini, i hate u