'Putraku sayang.
'Ketika kamu membaca surat ini, Ibu yakin, kamu pasti sudah dewasa. Kira-kira, kamu sudah umur berapa, ya? 15, 16, atau 17 tahun?
'Ah, itu tidak penting. Berapa pun usiamu, kamu pasti tumbuh sebagai cowok yang ganteng. Semoga saja, akhlakmu juga sebaik rupamu. Jangan seperti ayahmu yang hanya enak dipandang saja.'
'Ibu harap, kamu tidak mengikuti jejak ayahmu yang tega merusak perempuan yang mencintainya. Lalu, meninggalkan perempuan itu tanpa memberi pertanggungjawaban.'
'Lucunya, justru Ibu yang mengikuti jejak ayahmu. Tahukah kamu, Ibu sempat terpikir untuk menggugurkanmu, tak lama setelah tahu bahwa kamu telah hadir dalam rahim Ibu.
'Akan tetapi, pada akhirnya Ibu memutuskan untuk melahirkanmu. Ibu pergi ke Bandung dengan alasan kerja. Di sana, Ibu menumpang hidup pada seorang sahabat. Kendati demikian, Ibu tetap tak bertanggung jawab karena telah meninggalkanmu di panti asuhan.
'Ibu terpaksa. Jujur, Ibu tak sanggup menanggung malu dan takut memperlakukanmu dengan buruk. Di sisi lain, Ibu juga tak ingin kamu terbebani oleh olok-olok orang lain.
'Ibu tak keberatan jika kamu membenci Ibu, tak menganggap Ibu, serta tak mengunjungi Ibu. Ibu hanya berharap, kamu hidup bahagia dan sukses di masa depan.
'Selain itu, Ibu berharap kamu sudi memakai nama yang Ibu siapkan untukmu. Wisanggeni. Itu namamu. Ibu ambil dari nama salah satu tokoh pemayangan. Sengaja, karena kalian bernasib sama---sama-sama anak yang dibuang.
'Juga, melalui nama itu, Ibu harap kamu tumbuh layaknya Wisanggeni. Tumbuh sebagai sosok yang tangguh menjalani hidup, tegas dalam membuat keputusan, dan berani mengambil keputusan serta bertanggung jawab atas setiap keputusan yang kamu ambil.
'Sebelum Ibu akhiri surat ini …. Ngomong-ngomong, putraku sayang, apa kamu mau mengunjungi Ibu andai kata perempuan tak bertanggung jawab ini meninggal?'
https://www.wattpad.com/story/304969175