Pemuda yang mencintai seni itu sudah menduganya dari awal, bahwa Soulmate Effect miliknya adalah suatu kutukan. Selama 19 tahun ia hidup dalam warna hitam-putih, dan pemuda itu harus menemukan seorang gadis---jodohnya, agar ia dapat melihat warna-warni lain.
Rasanya, pemuda itu ingin mengutuk Tuhan.
Sampai kemudian, di sore yang dingin karena hujan, pemuda itu melepaskan harapannya melanjutkan pendidikan dalam dunia seni yang lebih tinggi. Manik monokromnya adalah suatu kesialan yang paling ia benci. Karena mata itu, karena jodoh sialan yang sampai sekarang belum ia temukan, harapan yang lama diimpikan harus runtuh begitu saja.
Lalu, gadis itu muncul. Berdiri di balik pagar pembatas jembatan. Kakinya melangkah pada permukaan udara, hendak jatuh sebelum akhirnya seorang pemuda menahan tangannya.
Setelah sembilan belas tahun, pemuda itu melihat sebuah warna baru. Emerald, kristal hijau indah terlukis pada iris mata gadis yang hampir bunuh diri. Sungguh pertemuan jodoh yang tidak pernah terpikirkan. Sepertinya, sang pemuda harus memikirkan lebih jauh lagi tentang jodohnya yang mungkin merepotkan ini.
Jemari kuku si gadis menancap pada genggaman sang pemuda yang sedang terhenyak. Melepaskan kaitan dan membuat gravitasi menariknya; sungai di bawah sana memeluk erat si gadis pemilik iris emerald.