Lycorissenja

Today is Raga Dirgantara's birthday in real life.
          	 
          	Let's pray
          	Menderita lah, tuan. Aku tetap menyumpahimu dalam takdir-takdir Tuhan yang menyakitkan.

Lycorissenja

Luka membahasakan dirinya dengan keheningan kata; serupa kidung purba yang mengalir di tubir sepi semesta.
          
          Maka, dalam bening embun yang menetes di lembar daun-daun talas, di sanalah aku menitip luka agar lesap di kedalaman sunyi tanpa bekas.
          
          - Nara Senja

Lycorissenja

Hanyut bersama gulungan ombak dan tenggelam di kedalaman laut lepas. Menderita lah, tuan. Aku menyumpahimu dengan takdir-takdir Tuhan yang penuh kesakitan.
Reply

Lycorissenja

Dengan segala macam kemungkinan ketidakberpihakan semesta pada kita, aku ingin mencintaimu dengan tahu diri dan tahu batas.
          
          Aku harus tahu kapan waktuku untuk berhenti memberi--bahkan hanya untuk selembar puisi.
          Aku harus tahu diri bahwa pada satu titik, aku harus rela melepaskanmu dan melanjutkan hidupku meski dengan sakit yang begitu nyeri.
          
          Lalu ada akhirnya, mencintaimu aku harus selalu tahu. Tahu kapan aku harus kuperjuangkanmu sebab kau memang pantas, dan tahu kapan harus pergi, ketika aku menyadari jika kita adalah pasangan sepintas.
          
          
          - Nara Senja

Lycorissenja

Aku berharap orang yang mencintaiku hidup lebih baik setiap hari. Terkadang aku sangat ingin mendengarkan cerita kalian bukan sebagai RM tapi sebagai Kim Namjoon. Meskipun aku tidak bisa menemani kesepianmu, setidaknya ada nada suara dan ekspresiku yang dapat memelukmu.
          
          
          - Kim Namjoon

Lycorissenja

Dalam kebisuan yang panjang dan teramat melelahkan, kau dan aku menjelma sepasang tatapan asing. Tak ada kata, apalagi percakapan mesra. Yang ada hanya kita berdua ... terlalu lihai berperan sebagai dua orang yang bukan lagi 'kita'. Saling menunggu siapa yang lebih dulu menyapa, hingga akhirnya menyerah dan hilang rasa.
          
          Lalu, ceritapun usai begitu saja. Kau dan aku hanyalah sebatas 'pernah' yang perlahan di telan masa. Dari yang 'saling' menjadi masing-masing, dari yang ada menjadi tiada.
          
          -Nona Kirana