Hai kak, aku salah satu pembaca mu dari book 72 Beats. Sebelumnya di sini aku mau berterimakasih banyak atas segala keindahan karya mu itu. Karya mu satu itu, bukan hanya sekedar indah buat aku. Tapi bener bener punya kesan yang mendalam dari setiap chapter nya. Kak, you succeeded. Kamu berhasil bawa pembaca mendalami rasa sakit dari setiap tokoh di dalamnya. Lebih daripada itu, kamu membawakan kisah ShinDo dengan permainan kata yang elegan nan indah. Aku . . . Hanyut dalam setiap kata yang kamu rangkai menjadi kalimat. Seolah aku ada di sana, sebagai sudut pandang ketiga yang bahkan gak bisa berbuat apa-apa walau ingin. Setiap fakta, setiap pembelajaran mengenai ilmu kedokteran, setiap penggambaran gedung rumah sakit, semua masuk ke otak ku. Meresap. Merayap menjadi memori indah yang bahkan gak bisa aku lupakan dengan mudah. Aku masih ingat detail setiap chapter yang kamu tulis. I think, you are a Doctor, right? Or, someone like that? Intinya . . . Kamu berhasil, kak. Tanpa kakak tau, banyak orang yang kagum dengan gaya tulisan kakak. Tapi mungkin mereka memilih memendam dan diam. Tapi aku, bicara, bukan cuma mau kasih sekedar pujian. Lebih daripada itu, aku mau kamu tau kalau karya mu layak di cintai. Kamu hebat, lebih dari yang kamu kira. Terus berkarya ya, kak. Aku akan jadi penggemar mu. I love you karya mu.
>>[Ini gak penting sih, tapi, bulan lalu, tepatnya 6 September 2025, pacar ku meninggal karena tumor otak. Dia kalah. Dia menyerah. Dia sakit ini selama 5 tahun karena depresi di tinggal mama nya meninggal waktu covid. Yang di mana dia juga udah di buang ayah nya dari waktu dia lahir. Dia juga anak tunggal. Dia gak ada pegangan. Dia sembunyikan sakitnya dari semua orang bertahun-tahun. Makanya, begitu baca bagian Dohoon di diagnosa sakit itu, hati aku langsung nyeri. Aku nangis di setiap chapter setelah bagian itu. Dia sakit, tapi gak berisik]<<