Seketika cahaya berpendar redup, menghantarkan rasa sakit dari setiap belenggu, menyerupai debu yang terinjak dan tersapu angin. Bahkan untuk mendengar gesekan antara sepatu dan aspal sudah tak mampu, bayangan mengerikan terus menjadi kenangan buruk. Aku tahu tak seharusnya menyimpan benci, tapi sudah coba tenteramkan hati masihlah sulit untuk berdamai lagi, lebih tepatnya takut disakiti kembali.
Hati yang terombang-ambing, memberi satu sayatan tak terkira, membuat luka menganga, berperilaku lugu padahal maha tahu. Ya, semua itu hanya ada dalam kepalaku.