(PEMBUKAAN PART 5)
"Anda ... Dewi Wenjien?" tanya Karsaf begitu mendapati sosok berjubah biru gelap yang berdiri di sisi danau, membelakanginya. Dengan hati-hati ia mendekat.
"Hm." Orang itu berbalik sambil mengangguk dan membuka tudung jubahnya. "Aku memang Wenjien. Tapi aku bukan dewi."
Karsaf membeku. Sesuatu melesak, menusuk tepat ke jantungnya saat melihat wanita itu. Tubuhnya kurus dan kecil. Kulitnya putih pucat seperti mayat hidup. Telinganya sedikit runcing dengan rambut sebiru laut yang bergelombang. Ada kristal biru tertanam di keningnya. Wanita itu cantik dan ... mengerikan sesaat. Seakan eksistensinya melawan kehendak dunia.
"Mendekatlah," kata wanita itu. "Apa kau Kaisar yang datang untuk menyembuhkan kekasihnya?"
"Benar." Mendengar betapa merdunya suara wanita itu yang agak gemetar, Karsaf menurunkan kewaspadaan dan melangkah lebar sambil membuka tudung jubahnya.
Setelah jarak mereka dekat, sosok Karsaf tampak di bawah bulan. Mata biru Dewi Wenjien bergetar dan angin malam bertiup di antara mereka. Tidak ada suara selain angin. Terjadi keheningan cukup lama sampai wanita itu bersuara lagi dengan senyum pahit melengkung dibibir kecilnya yang tipis.
"Baginda datang untuk meminta obat menyembuhkan kekasih Anda? Obat seperti apa yang Anda mau?"