WidyaWati208882
ONE SHOOT dilarang meniru apapun yang ada dalam cerita ini "benar, pemilik kutukan harusnya pergi saja!" "Dia hanya membawa mala petaka!" "Dasar pembunuh!!" Suara umpatan dan kalimat kasar terus terlontar pada pemuda bersurai putih panjang, Bahkan beberapa orang melemparinya dengan sampah atau air kotor sehingga membuat bau tubuhnya terasa tak sedap. Tetapi pemuda itu tak mempedulikan nya dan terus berjalan dengan mata yang tertutup kain panjang berwarna emas. "Nasib anda begitu miris" Ia terdiam. Tanpa mengangkat pandangan nya, pemuda itu hanya berdehem pelan sebagai jawaban setelah tersenyum hangat. "Terimakasih"katanya lembut, dirinya sedikit tersentuh. Kembali melanjutkan langkah. Pemuda itu terus digiring menjauh dari kota tempat tinggal nya. Kakinya terus berjalan di padang rumput dengan hati hati dan perlahan,bahkan dua orang penjaga dibelakang nya sampai memegang lengannya agar tak terjatuh dan terluka,bahkan satu goresan luka sedikit pun mereka tak akan membiarkan nya. Semilir angin datang menerpa kulit pucat pemuda itu,suara jangkrik dan gemerisik rumput terus menemani perjalanan tak mengenakan mereka hingga sampai di sebuah danau yang dikeramatkan. Satoru dengan kasar dijatuhkan kebawah hingga ia terduduk paksa dan hampir menyentuh air danau. Ketua pemimpin upacara datang menghampiri setelah Berjam jam menunggu di kuil yang letaknya tak jauh dari danau,dengan perlahan ia membantu Satoru duduk di kursi khusus, penutup mata masih tak di perbolehkan dibuka.
WidyaWati208882
"Kehidupan mu masih panjang tapi malah mati dijadikan tumbal"perempuan anggun itu mengusap lembut pipi Satoru dengan nyaman di pangkuannya. "Terakhir kali mendapatkan tumbal muda lima ribu tahun lalu" "Sayang sekali, seharusnya ada kehidupan yang harus kau jalani" "Tidak ada"jawabnya pelan, kehidupannya cukup gelap dan berat untuk di jalani,bahkan jika iya pun rasanya tak berarti apa apa jika di ingat ingat dalam memory kelam nya. Walaupun begitu,diri Satoru masih merasa tak terima jika harus meninggalkan dunia,ia belum lama melihat bagaimana indahnya bumi,bahkan rasanya tak rela meninggalkan sahabat nya yang telah berada di rumah sakit jiwa. "Tidak apa,kau akan hidup bahagia disini" Sesaat,dengan perlahan bulu mata lentik cantik itu terbuka,ia melihat wanita cantik dan anggun yang tengah tersenyum kepadanya,saat itu dirinya menyadari bahwa ia berbaring di pangkuan wanita itu. Rasanya hangat dan nyaman. Sudah lama sekali ia tak merasakan hal ini. Nyatanya, kematiannya tidak se-menyedihkan itu rupanya. Ia menerima hal ini.
•
Reply
WidyaWati208882
Satoru kembali melangkah kan kakinya hingga air dingin terasa, Satoru menghela nafas panjang dan melanjutkan langkahnya menikmati menit menit terakhir nya hidup di dunia. "Huft" Ketinggian air sampai diatas pahanya, kimono kesayangan nya kini terasa memberat oleh serapan air. Satoru terus melangkah hingga ketinggian air mencapai batas dada, tubuhnya bergetar menahan suhu dingin dan sesak. Satoru! Kimono-nya cantik kan!? Cantik dong!kan aku yang pilih Satoru ganteng kok! Gak usah khawatir Pergi kemana?kan kita bakal bareng terus!! kita bakal bareng terus! janji! Satoru sama aku terus kan?! Satoru tertawa getir,aneh sekali, disaat saat seperti ini dirinya malah mendengar suara perempuan menyebalkan yang kini terkurung di rumah sakit jiwa. Air mata mulai menetes dari kedua matanya,cukup miris jika di ingat ingat. "menyedihkan sekali kematian ku" "apa reaksinya jika dia tahu aku mati konyol seperti ini?" Air sampai ke batas dagu.Dan sekarang tubuhnya kini telah sepenuhnya masuk kedalam air. Matanya masih terus tertutup akibat penutupan mata yang tak dibiarkan terbuka ,air masuk kedalam tubuhnya hingga membuat nya sakit sampai dirinya merasa paru parunya meledak akibat air yang masuk. Rasa sesak kian kuat. Tapi pemuda itu tak melakukan apapun untuk bertahan hidup selain membiarkan nyawanya terangkat dari tubuhnya.i Satoru membuka mulut nya. "mengenaskan sekali diriku"
•
Reply
WidyaWati208882
"Maju lah,dan bertemu lah dengan dewa dewa yang agung! sungguh anda mendapatkan kesempatan yang mulia" Mulia huh? Sudah dipastikan pantat mu kelap kelip,dirinya merasa kesal,jujur saja bahwa kegiatan ini justru lebih ke kasus pembunuhan. Ya mau bagaimana lagi? ia sudah tak peduli, memberontak pun rasanya percuma,jika ia hidup pun entah ingin dibawa kemana. Dirinya pun tak di inginkan dan diharapkan oleh penduduk Dijadikan tumbal rasanya tidak cukup buruk,kan? Setidaknya kematiannya cukup berguna
•
Reply