Sepetak ruang kecil dan ruang lainnya yang beratap bocor itu menemani masa kecilku. Hingga rumah utama jatuh ke tangan ayahku, ku kira hidup kami akan normal seperti keluarga pada umumnya. Memiliki kamar masing masing, dapur, bahkan kamar mandi.
Kukira, aku tidak akan merasakan beberapa hal memalukan lagi. Hingga perlahan dari sudut belakang bangunan mulai roboh. Dimulai dari genteng, hingga dinding dapur.
Pada dasarnya sama, kami masih tidur di satu tempat, tanpa bantal, bahkan aku tidak tau rasanya tidur dengan guling. Hanya sepotong kasur lantai tipis beralaskan karpet.
Ketika remaja manusia naif ini juga pernah menyombongkan sesuatu yang setelah kupikirkan saat ini terlihat menyedihkan , memalukan. Tapi dibalik kesombongan dan kebohongan kecil aku bersembunyi dari hidupku yang buruk.