Pernah gak sih kalian mikir kalo keajaiban dan keberuntungan itu sama sekali udah gak ada di pihak kalian? Tapi setelah sekian lama suatu kesempatan datang ke kalian. Bukannya kesempatan itu perwujudan dari keajaiban dan keberuntungan di dunia modern ini?
Itu yang gue alamin, gue sempat berpikir bahwa hidup gue udah hancur karena masalah yang menurut orang lain sepele. Bahkan gue berhenti buat bersyukur karena rasanya udah capek sama diri sendiri. Tapi entah kenapa tiba-tiba kesempatan itu dateng ke gue dan menyadarkan gue untuk kembali mensyukuri hidup gue. Padahal dulu gue benci banget disuruh bersyukur.
"Bersyukur dong keluarga lo kaya."
"Bersyukur dong keluarga lo keluarga cemara."
"Bersyukur dong lo bisa sekolah."
Dan "bersyukur" yang lainnya. Yang bikin gue benci, mereka bilang itu ketika gue cerita isi hati gue. Emang sih ini cerita satu sisi yang kalian mungkin bakal nggak relate sama gue. Tapi karena perkataan "bersyukur" itu, bikin gue jadi capek.
Oke, fine, gue mensyukuri hidup gue, gue gak boleh ngeluh, masalah gue bukan hal besar kaya masalah lo. Sebagai anak orang kaya dengan keluarga bahagia dan berpendidikan gue emang gak boleh buat sedih. Masih banyak orang yang lebih menderita daripada gue.
Mau bilang gitu juga agak gimana, dikira sombong nantinya. Kanan kiri salah atas bawah salah. Salah aja terus. Kenapa kita gak ngatasin masalah kita sendiri-sendiri aja sih, gak perlu saling cerita kalau niatnya cuman penasaran bukan peduli.
Eh, kenapa jadi panjang ya? Intinya setelah kesempatan itu datang gue jadi tutup kuping sama orang yang nyuruh bersyukur ke gue. Gue bersyukur kok tapi gak ke mereka, gue mensyukuri kesempatan yang dikasih ke gue.