aszayv

Selamat satu tahun 

aszayv

Ia pulang begitu saja. Tanpa pertanda dan meninggalkan penyesalan dalam hatiku. Penyeselan terbesarku saat itu karena tidak mengatakannya. Malam sebelum ia pulang, aku sangat merindukannya, ingin menemuinya. Bahkan saat pulang sekolah melewati rumahnya aku tidak berhenti walaupun aku ingin. Kemudian esoknya saat telepon berdering, suara ayah berubah jadi tangisan menyayat hati yang tak pernah terdengar sebelumnya. Detik berikutnya aku tersadar kalau ia sudah tiada. 
          
          Aku tidak pernah tahu rasanya ditinggalkan orang yang sangat berarti bagiku. Kebahagiaanku. Cintaku. Lalu saat ia pulang, aku baru tahu rasanya.
          
          Bahkan sampai sekarang aku masih rindu, masih menyesal, dan marah pada diri sendiri karena tidak mengikuti kata hati kala itu.
          
          Rasanya aku masih ingat keriput yang ada di jemari tangannya, aku ingat saat jemari itu menyuapiku telur dadar bawangnya. Aku masih bisa mengingat nasi goreng kampungnya, perkataan manisnya tentang rambutku yang bisa jadi model lifeboy. Bahkan aku rindu buburnya yang ia masak saat kami berbuka dan berkumpul dirumahnya. 
          
          Aku tahu harumnya minyak wangi yang ia pakai. Aku suka dekat dengannya. Bahkan aku tahu tempat bedak yang ia pakai. Lipstik warna hijau yang aku tidak tahu kenapa tiba-tiba berwarna merah saat aku pakai. Ia tidak pernah marah saat aku mengubrak abrik alat make upnya. Ia hanya tersenyum saat aku selesai main dengan muka celemotan bedak dengan adik sepupuku.
          
          Walaupun aku tidak lagi mengingat dengan benar parasnya, dan harus melihat dari foto. Aku mengingat kenangannya dengan baik. Aku bisa merasakannya dengan baik.
          
          Karena ia cinta terbesarku setelah kedua orang tuaku. Cintaku yang pulang tanpa pamit denganku. Bahkan tanpa pelukan terakhir yang aku sudah lupa rasanya. Aku hanya ingat saat ia mengelus rambut panjangku kala itu.
          
          
          

aszayv

terlanjur masukin kamu ke cerita aku
          sekarang aku gak tahu harus hapus dokumen yang mana lagi
          aku juga gak tahu nyimpennya di mana
          mungkin karena cerita yang belum sepenuhnya hilang itu
          kamu terus lari-lari di pikiran aku
          Gak capek apa?