closerwrk

Hari itu, berulang kali saya menekankan akan menjadi dia, ya dia. Dia yang dibicarakan setiap kubu gara-gara menonjolkan sisinya, saya nggak menyalahkan dia akan siapa dia itu, tapi setiap orang punya pendapatnya masing-masing bukan?
          	
          	Menurut 'kubu' saya, dia salah. Saya pun bukan bermaksud buat sependapat dengan mereka tapi sekali lagi 'saya adalah kubu 'mereka'' dan pasti akan menjadi mereka. Dia adalah salah satu dari sekian orang di kubu saya. Dia yang menjadi topik utama di setiap kubu. Dari mana saya tahu? Karena saya berkubu namun 'berteman' sama setiap kubu. Hari demi hari setiap kubu membicarakannya, menjelek-jelekkan dan menghina, satu kesimpulan saya bukan orang kaya itu tapi saya berteman sama orang mereka. Sifat akan menjadi sifat.
          	
          	Dulu saya bukan bermaksud untuk menjadi mereka, tapi gimana jadinya kalau saya berteman bukan? Ketika dia di bicarakan karena sifatnya saya adalah orang yang latah. Entah latah apa yang jelas saya latah. 
          	
          	Ketika beranjak, mereka adalah orang bergosip, saya terlalu naif buat pemula, bertegangan pada agama. Sedangkan mereka? 
          	
          	Setiap orang punya karakter masing-masing dan saya menghargai itu, nggak mudah buat ngurubah sifat. Saya merasakan sendiri.
          	
          	Dia di paksa untuk berubah, tapi tadi sifat nggak mudah buat di ubah, mulai itulah dia di jauhi di bicarakan di belakang termasuk 'kubu saya'
          	
          	Saya merasa mereka terlalu berprinsip yeh kasihan bukan kata pantas.

closerwrk

Hari itu, berulang kali saya menekankan akan menjadi dia, ya dia. Dia yang dibicarakan setiap kubu gara-gara menonjolkan sisinya, saya nggak menyalahkan dia akan siapa dia itu, tapi setiap orang punya pendapatnya masing-masing bukan?
          
          Menurut 'kubu' saya, dia salah. Saya pun bukan bermaksud buat sependapat dengan mereka tapi sekali lagi 'saya adalah kubu 'mereka'' dan pasti akan menjadi mereka. Dia adalah salah satu dari sekian orang di kubu saya. Dia yang menjadi topik utama di setiap kubu. Dari mana saya tahu? Karena saya berkubu namun 'berteman' sama setiap kubu. Hari demi hari setiap kubu membicarakannya, menjelek-jelekkan dan menghina, satu kesimpulan saya bukan orang kaya itu tapi saya berteman sama orang mereka. Sifat akan menjadi sifat.
          
          Dulu saya bukan bermaksud untuk menjadi mereka, tapi gimana jadinya kalau saya berteman bukan? Ketika dia di bicarakan karena sifatnya saya adalah orang yang latah. Entah latah apa yang jelas saya latah. 
          
          Ketika beranjak, mereka adalah orang bergosip, saya terlalu naif buat pemula, bertegangan pada agama. Sedangkan mereka? 
          
          Setiap orang punya karakter masing-masing dan saya menghargai itu, nggak mudah buat ngurubah sifat. Saya merasakan sendiri.
          
          Dia di paksa untuk berubah, tapi tadi sifat nggak mudah buat di ubah, mulai itulah dia di jauhi di bicarakan di belakang termasuk 'kubu saya'
          
          Saya merasa mereka terlalu berprinsip yeh kasihan bukan kata pantas.

closerwrk

Dulu, saya sudah menduga akan seperti ini. Ketika satu dari sekian banyak sifat merekalah  yang paling saya nggak suka, semua berawal dari perbedaan paham.
          
          Sekolah yang saya tempati menjadi 'kalangan orang'. Pertama kali masuk belum ada terlintas kata 'kalangan orang,' bagi saya semua sama karena memang menjadi murid negeri nggak sama sekali ada seperti itu. Dulu kerjaan saya di mulai dengan belajar, seperti khalayak murid sekolah biasa yang kerjaannya belajar dan rajin. 
          
          Tawa di balas tawa saat itu, canda di balas ke hati. Dulu.
          
          Satu persatu semua mulai menunjukkan sifatnya, nggak butuh tiga tahun untuk menunggu. Hanya hitungan bulan sudah cukup bagi saya 'fikir saya'. Tapi siapa sangka saya belum mengenal semua karakter 'teman' saya. 
          
          Butuh beberapa tahun untuk saya mengerti mereka, mengerti apa yang mereka inginkan dan apa yang nggak, saya belajar menjadi orang 'mereka', swasta dan negeri sangat lah berbeda bagi saya atau memang saya saja yang terlampau kaget. Ya saya memang kaget namun tertutup oleh sifat saya sendiri.
          
          Saya mulai belajar mejadi orang lain, menjadi pribadi berbeda, tapi apa kalian tau bagaimana rasanya?
          
          Tentu tidak. Karena bagi saya, saya sendiri yang merasakan. 
          
          Semua ada positif dan negatif. Terekam jelas dalam ingatan saya, bagimana sifat mereka atau persatu, gaya mereka, canda mereka, atau aib mereka.
          
          Bangku yang menjadi sekolah atas itu adalah, kata tersederhana namun banyak makna di dalamnya saya tidak bilang itu buruk atau baik tapi carilah positif dan negatif dari setiap langkah.

dnhawthorns

Hallo! Tolong baca karya saya ya, Sunset Bersama Langit. Bisa langsung cek di profil saya. Tolong vote dan jangan lupa komentar (kritik/saran, kekurangan, dsb), karna komentar kamu sangat membantu saya dalam melanjutkan cerita saya.
          Terimakasih:-)