dage_9k

Dare dari @lumierezeus 
          	
          	
          	Malam semakin larut. Bola mata Jeno menatap kosong ke depan, kepalanya meneleng dengan tangannya yang mendekap erat boneka beruang. Semua tenda warna oranye. Jeno sempat menghitung dengan jari telunjuknya guna mengetahui letak tendanya setelah ia buang air di sungai. Dengan polosnya dia mengulas senyum dan masuk ke dalam tenda.
          	
          	Suara Jaemin menginterupsi saat Jeno berbaring di atas selimut yang Jaemin pakai.
          	
          	"Kau mau mati?" ujar Jaemin dingin. Jeno mengedipkan matanya beberapa kali. Mencerna suara yang datangnya entah dari mana.
          	
          	"Menyingkir dariku." Jaemin menyibak selimut yang membungkusnya rapat. Dia tak peduli dengan Jeno yang tersungkur.
          	
          	Jeno tak paham akan situasi yang tengah dia alami. Siapa saja tidak ada yang berani berhadapan dengan Jaemin, termasuk wali kelasnya. Bagi teman-temannya, Jaemin aneh. Dia adalah mimpi buruk bagi setiap orang, termasuk orang tuanya. Jaemin bersikap defensif. 
          	
          	Sembari memegang erat bonekanya, atensi Jeno fokus pada wajah Jaemin yang pucat pasi, terlebih keringat membanjiri dahi sampai anak rambutnya basah. Jeno tiba-tiba menyentuh dahi Jaemin.
          	
          	"Pa- panas. D-de-demam. Kau demam, harus obat. M-mi-minum," racau Jeno. Tangannya ditepis oleh Jaemin.
          	"Kau tuli?!" bentak Jaemin, tetapi Jeno malah menyeka keringat Jaemin dengan boneka beruangnya.
          	
          	"I-ib-bu, k-kompres. Je-jeno, se-sembuh J-jaemin," racaunya lagi. Jeno bersikeras mengelap keringat Jaemin. Seumur-umur, baru kali ini Jaemin mendapat perhatian dari seseorang. Jaemin berakhir diam, tetapi matanya mengamati tindakan Jeno yang telaten mengurusnya.

dage_9k

@ lumierezeus  buntu sayahhh
Reply

dage_9k

@ anginzeus  weeh sepertinya kurang dikit hikseu hheee 3 paragrap kan yeee
Reply

lumierezeus

@ mtaxyzeus  seperti ada yang tertinggal??-_-"
Reply

dage_9k

Dare dari @lumierezeus 
          
          
          Malam semakin larut. Bola mata Jeno menatap kosong ke depan, kepalanya meneleng dengan tangannya yang mendekap erat boneka beruang. Semua tenda warna oranye. Jeno sempat menghitung dengan jari telunjuknya guna mengetahui letak tendanya setelah ia buang air di sungai. Dengan polosnya dia mengulas senyum dan masuk ke dalam tenda.
          
          Suara Jaemin menginterupsi saat Jeno berbaring di atas selimut yang Jaemin pakai.
          
          "Kau mau mati?" ujar Jaemin dingin. Jeno mengedipkan matanya beberapa kali. Mencerna suara yang datangnya entah dari mana.
          
          "Menyingkir dariku." Jaemin menyibak selimut yang membungkusnya rapat. Dia tak peduli dengan Jeno yang tersungkur.
          
          Jeno tak paham akan situasi yang tengah dia alami. Siapa saja tidak ada yang berani berhadapan dengan Jaemin, termasuk wali kelasnya. Bagi teman-temannya, Jaemin aneh. Dia adalah mimpi buruk bagi setiap orang, termasuk orang tuanya. Jaemin bersikap defensif. 
          
          Sembari memegang erat bonekanya, atensi Jeno fokus pada wajah Jaemin yang pucat pasi, terlebih keringat membanjiri dahi sampai anak rambutnya basah. Jeno tiba-tiba menyentuh dahi Jaemin.
          
          "Pa- panas. D-de-demam. Kau demam, harus obat. M-mi-minum," racau Jeno. Tangannya ditepis oleh Jaemin.
          "Kau tuli?!" bentak Jaemin, tetapi Jeno malah menyeka keringat Jaemin dengan boneka beruangnya.
          
          "I-ib-bu, k-kompres. Je-jeno, se-sembuh J-jaemin," racaunya lagi. Jeno bersikeras mengelap keringat Jaemin. Seumur-umur, baru kali ini Jaemin mendapat perhatian dari seseorang. Jaemin berakhir diam, tetapi matanya mengamati tindakan Jeno yang telaten mengurusnya.

dage_9k

@ lumierezeus  buntu sayahhh
Reply

dage_9k

@ anginzeus  weeh sepertinya kurang dikit hikseu hheee 3 paragrap kan yeee
Reply

lumierezeus

@ mtaxyzeus  seperti ada yang tertinggal??-_-"
Reply

dage_9k

Hamungkasi purnaning wulan Romadhon 1441 H, hangruwat jiwa raga, winaya ing lekasing batos suci kinanthi lumintiring nugroho jatine sedya, hanetepi dhawuhing Gusti ingkang Maha Suci, mugi-mugi sedaya kalepatan tansah pinaringan "ampunan" saha pangapunten, saha tansah pinaringan karaharjan, rahayu widodo kalis ing sambikala, kanthi simpuhing panyuwun lan sumeleh ikhlase manah, hamemayu purwaning wulan syawal 1441 H, nyuwun agunging sih samodra pangaksami lair tumusing batos sedaya kalepatan kawula  saha keluwarga, mugi-mugi sageta lebur dening pangastuti ing dinten riyadi punika. Aamiin.  "Taqobballahu minna waminkum, siyamana wa siyamin-kum
          Ngaturaken sugeng Riyadi 1 Syawal 1441 H, kula sakluwarga.