"Hime, ulang tahun kemarin dapat kado apa dari dia?" Sembari jemari mungilnya mengambil keripik kentang rasa sapi panggang dan mengunyahnya perlahan. Atensinya masih terpaku pada lelaki manis di hadapannya, menanti jawaban.
"Kamu nanya apa lagi ngajak gelud sih?" Sewot melihat ekspresi dari si tuan penanya. Bukan pertanyaannya, tapi nama panggilan yang Ia dapatkan sedikit banyak bikin Ia muak.
"Kenapa sih, Hime? Lagi pms ya?" Masih dengan tampang polosnya Ia kembali menimpali perkataan dari sobatnya itu. Jika bisa dibilang, 'sengaja mau bikin dia ngamuk, lumayan hiburan'.
"Panggil Hime sekali lagi, kutendang sungguhan."
"Tch!" Menatap sinis lelaki manis yang selalu Ia panggil Hime. 'Memangnya selama ini main tendangnya gak sungguhan?! Yg benar aja!' Gerutunya dalam hati.
"... Dia kasih aku ini --" Mengangkat tangan kanannya ke depan wajah yang menunduk. Menampilkan jari manisnya yang kini telah terselip cincin perak di sana.
"The hell! Si bebek itu benar-benar melamarmu?! Oh, wow! Haruskah kuberitahu semua orang kalau kau sekarang sudah resmi jadi miliknya?"
"Diam, Ruki! Remahan keripik kentangmu menyembur!" Mengelap mukanya dengan telapak tangan. Kesal sekali harus dapat semburan dari lelaki kurang kalsium di hadapannya ini.
"Ops, sori Nii-san."
Oke, mungkin setelah ini Ruki akan mencari pelaku pelamaran(?) yang sudah dengan entengnya melamar anggota tertua the GazettE. Dan meminta penjelasan --bilang saja dia ingin minta pajak lamaran-- padanya.