Halo. Izin promosi ya. Kalau ada waktu senggang dan suka genre fantasy-paranormal-romance, silakan berkunjung ke sini. Mucho gracias!
***
“Transenden,” Ara bergumam pada dirinya sendiri.
“Apa?”
Ia tersenyum simpul. Menoleh kepadanya. Memperhatikan matanya yang bersinar, memantulkan nyala api-api ritual.
Matanya.
Si mata cekung. Si alis tebal. Si tatap hangat.
Sejak awal, tak mudah melupakan sorot mata Adrien. Bahkan, di mimpi buruk saja, pancarannya tetap bisa meradiasi seluruh semesta Dineshcara.
Aduh, mimpi itu.
Haruskah ia menarik garis penghubung antara mimpi buruknya dan perkataan Bat-Üül si Tengeri? Atau haruskah ia mengabaikan semuanya seperti biasa—seperti ia mengabaikan lemari reot yang pintunya suka menutup-membuka sendiri?
Memangnya kenapa kalau Ara jatuh hati pada si lelaki?
https://my.w.tt/UiNb/dgZHL8Cl5I