Pagi hari yang cerah, kali ini benar-benar cerah. Nggak sesuram kaya biasanya.
"Hali, udah selesai joggingnya? Nanti kerja nggak?" tanya sang adik pemilik netra emasnya yang sibuk berkutat di dapur.
"Udah, iya. Nanti siang aku kerja," jawab si sulung sembari melepas sepatu putihnya. Sang adik hanya membalas dengan anggukan, yang pasti si sulung tidak melihatnya.
"Itu ada nasi goreng sisa buat kamu, yang lain udah makan." Gempa menawarkan nasi goreng yang mengepul di atas meja makan kepada sang kembaran sulung. Halilintar yang kebetulan melewati dapur sekalian saja melihat meja makan.
"Makasih, Gem."
Tak butuh waktu lama, Halilintar yang sudah wangi sabun mandi berjalan menuju meja makan. Niatnya, sih, mau makan nasi gorengnya. Tetapi tidak ada makanan apapun di sana, hanya tersisa piring bersih tanpa noda makanan sekalipun.
"Gem, nasi gorengku mana?"
"Itu di atas meja—loh kok hilang?"
Terdengar suara televisi dari ruang tamu. Sontak, kedua kepala saling menoleh kepada sumber suara. Terlihat Gentar tengah rebahan di atas sofa dan matanya menatap televisi yang menyiarkan kartun pagi ini.
Sang empu yang merasa ditatap menolehkan kepalanya; menatap dua sulung yang menatap datar ke arahnya. Merasa ada sesuatu yang menempel, Gentar memakan sebutir nasi yang tertinggal di sekitar mulutnya.
Yeah—just a little story abt Halilintar n his nasgor in the morning.