Assalamu'alaikum, Izin promosi
Bagas menggeleng. "Gue mana bisa membiarkan cewek gue sendirian! Tadi ... air mata dia netes. Gue enggak bisa lihat cewek gue nangis!" murka Bagas.
"Dia nangis gara-gara lo!"
Bagas menoleh ke arah seseorang yang berdiri di ambang pintu. Orang itu adalah Zidan dan Dimas. Sorot mata Bagas menghunus tajam memasuki netra hitam Dimas. Cowok itu melepaskan cengkeraman Noval.
"Ini semua gara-gara dia!"
Bagas menunjuk Dimas. Napas Bagas memburu. Dia ingin sekali memukul wajah Dimas saat itu juga.
"Lo kenapa malah nyalahin Dimas?"
"Deo, asalkan lo tahu kalau Dimas yang nyuruh gue untuk nganterin cewek itu pulang!" Bagas menunjuk Salsa yang tengah menunduk.
Deo menggeleng tidak percaya. "Wah! Dim, lo itu sama saja mau bikin hubungan sahabat lo hancur."
"GUE SAMA SEKALI ENGGAK ADA NIATTAN BUAT HANCURIN HUBUNGAN BAGAS SAMA LIA!"
"Udah! Kenapa sih pada berantem? Dimas kagak salah! Dimas sudah menjelaskan semuanya ke gue!"
Bagas menghampiri Lia yang datang dengan Lea dan Audy. Cowok itu hendak memeluk Lia. Namun, Lia malah menghindar. Gadis itu berdiri di samping Dimas.
"Gue enggak masalah kalau Bagas nganterin Salsa pulang karena hari sudah malam, tapi yang jadi permasalahannya itu." Lia menarik napasnya dalam-dalam, lalu dia embuskan. "Kenapa lo bisa lupa untuk jemput gue! Lo tahu saat itu gue ketakutan! Gue takut ada orang yang jahat sama gue," ucap Lia. "Untung saja kemarin malam ada Zidan! Coba kalau enggak ada Zidan! Ponsel gue mati! Gue enggak mungkin balik naik taksi malam-malam! Gue takut." Bibir Lia bergetar hebat karena menahan tangis yang menyesakkan dadanya.
"Sayang ... maaf."
https://www.wattpad.com/story/297930898