Hari ini papa saya berulang tahun.
Saya kira ini akan menjadi hari terindah bagi beliau, dimana ia berbagi suka dan tawa dengan istri dan anak-anaknya. Tapi dini hari tadi, tepat pada pukul 2, papa pulang dari acara keliling perumahan a.k.a ronda yg diadakan setiap harinya dan mendapatkan kejutan ulang tahun dari kami berempat, mamaku dan ketiga anaknya. Sederhana saja, hanya sebuah ucapan dan kecupan di pipi serta satu kado manis dari sang istri. Semuanya tampak bahagia sampai kami masuk ke kamar masing-masing, tapi tidak dengan mama dan papa.
Kudengar argumen demi argumen terus keluar dari mulut mereka, tentu saja didominasi oleh sang wanita. Rupanya, mamaku memergoki papa yang sudah merokok kembali selama 10 bulan terakhir ini. Aku tidak tahu apa yg mereka bicarakan, yang jelas kudengar berkali-kali kata kecewa terlontar dari mulut mama.
Aku berpikir itu sebagai angin lalu saja seperti 'ah mama sedang lelah pantas saja dia sensitif'. Nyatanya, pagi itu saat aku sarapan bersama adik bungsuku aku dikejutkan oleh pernyataan papa. "Kemarin papa usir mama, suruh tidur luar aja dan bawa mobilnya pergi." Aku diam sambil berusaha menikmati sarapanku pagi tadi, tapi kalimat selanjutnya yg dilontarkan membuat adikku menangis sesenggukan.
"Mama tega melontarkan kalimat itu, perceraian. Bagaimana seorang hamba Kristus mengucapkan hal seperti itu dengan gamang?" Aku menangis. Tidak pernah kurasakan sakit sesesak ini. Agak lucu memang, kami menangis sambil memakan ayam terik.
Sejak sarapan itu aku hanya bisa diam dan memikirkan pikiran paling buruk dari otak. Dan malam ini aku hanya bisa berharap semua akan baik-baik saja dan akan terselesaikan pd waktunya.
Amin.