Indera pendengaran Renjun bergerak kala ia mendengar suara ketukan beberapa kali. Entah ketukan apa, pemuda Huang itu tak ambil pusing. Ia malah melanjutkan perjalanan ke dalam dunia mimpi. Namun semakin lama bukan hanya bunyi ketukan yang makin sering dan nyaring, melainkan juga cahaya mentari pagi yang pelan-pelan mulai menyelinap dari balik kelopak matanya.
Pelan-pelan Renjun membuka mata, ah waktu tidurnya yang berharga... kenapa ia harus bangun dan berangkat kuliah hari ini, erang Renjun dalam hati. Indera penglihatannya pun menangkap sumber suara ketukan untuk pertama kalinya. Pemuda kelahiran Maret itu terdiam sesaat. Sejak kapan ada burung pipit mengetuk jendela kamarnya? Tunggu, kenapa jendela kamarnya begitu asing? Sepertinya ini bukan kamarnya.
Menyadari keganjilan yang tertangkap mata, Renjun langsung menegakkan tubuh. Argh, semua sendi begitu nyeri. Ternyata dia baru saja tertidur sambil duduk dengan menundukkan kepala di meja. Merenggangkan otot sesaat, pandangan Renjun kemudian mengedar ke seisi ruangan. Tempat apa ini? Kenapa semuanya serba kayu begini? Apa pula furniture megah itu? Apa mungkin sekarang dia di rumah sultan?
Renjun tak keliru saat ia berpikir tengah berada di kediaman sultan. Ruangan tepat ia berada memang memiliki interior klasik ala Eropa. Lemari, tempat tidur, kursi, sofa, bahkan meja kerja tempat Renjun berada saja memiliki rancangan yang kokoh dan megah. Kalau Renjun ingat-ingat, ini seperti interior di manhwa isekai yang sering dia baca.
"Aneh sekali, sejak kapan rumah Chenle bisa semegah ini? Kupikir hanya ada hunian satu tower apartment. Ternyata punya mansion juga dia."
Ya, dalam pikiran Renjun saat ini hanya ada kemungkinan dia tengah di rumah salah satu teman baiknyaーChenle, secara pemuda Zhong itu anak konglomerat. Lagi pula tak ada kemungkinan lain kan?
Masa ia terjebak di cerita isekai?
Mana mungkin, dia kan sekarang juga tidak pakai baju bangー"HAH?? KENAPA AKU SEKARANG PAKE BAJU YANG BANYAK ROMBE-ROMBENYA GINI?"