Saya menyadari, tersadarkan. Bisa jadi, banyak kehilangan yang terjadi dalam hidup saya karena saya terlalu acuh, tidak menjaga dengan baik dan membiarkannya begitu saja.
Saya membentengi diri sendiri. Menolak direngkuh, menolak dirangkul, menolak didekap oleh siapapun, termasuk keluarga. Karena saya amat tau, sehangat apapun rengkuhannya tidak akan bisa mengalahkan rengkuhan ibu. Tidak akan ada yang mampu menggantikan seorang ibu.
Yaa... begitulah saya. Ketika saya merasa terlalu berat, saya akan menarik diri dari semua orang.
Kepergian ibu, berdampak se-luarbiasa itu bagi hidup saya.
Kemudian saya menyimpulkan, ditinggal pergi seorang ibu sama seperti ditinggal dunia dan seisinya. Padahal bukan dunia dan seisinya yg meninggalkan saya, tapi saya yang berlari, bersembunyi.
Terlebih, pilihan bapak yang membuat dunia saya seperti buntu dan semakin tidak bisa memahami jalan hidup saya sendiri. Banyak perlawanan sia-sia yang hanya menguras energi. Banyak kesedihan yang melingkupi.
Gelap...! Sebesar apapun sinar yang orang lain bawakan tidak bisa menerangi gelap seorang anak naif nan egois yang ditinggal pergi ibunya. (Merasa) ditinggal pergi bapaknya. Karena apa? Karena dia hanya berfokus pada ruang gelap tempatnya bersembunyi itu.