satu

16 0 0
                                    

Hujan begitu deras kala itu, membiarkan seorang basah dan kedinginan ditengah jalan sana. Tanpa berniat berlari untuk sekedar berteduh atau setidaknya mencari sesuatu untuk menutupi diri dari derasnya hujan itu.

Menyesal. Satu kata yang amat sangat menyakitkan, ketika dirimu terlambat menyadari dan ternyata duniamu tak memberi harapan lagi. Apa yang salah dari kata 'maaf' jawabannya tidak, yang salah hanya waktunya sudah terlambat. Hanya itu.

Hey ada yang bisa menjadi penopang ku saat ini, hanya untuk menemaniku sekedar berdiri dan berlari meninggalkan kenyataan pahit ini. Aku tak mau terdiam sendiri di pusara kecil yang belum jelas itu dia. Dan ku percaya bukan dia, tolong setidaknya kalian berbohong padaku katakan bahwa ini semua hanya kebohongan. Dia tidak pergi dan takkan pernah pergi kumohon, kumohon sungguh.

"Kau akan mati kedinginan jika tak beranjak dari sini, dia juga takkan senang melihat kau seperti ini" lirih orang tepat dibelakangku

"Tidak Dev, tidak lagi kumohon jangan katakan ini dia jangan"

"Belajar dari  pengalaman harusnya kau tau itu"

"Kau tak mengerti sungguh kau sama sekali tak mengerti, pergilah kubilang pergi sialan!" Teriakku frustasi

"Dan membiarkanmu seperti orang bodoh disini setidaknya kalau mau mati dengan cara yang elit, jangan seperti orang dungu begini"

Si keparat ini juga belum mau pergi, aku tak mengerti apa yang dia inginkan. Sekedar menemaniku ditengah hujan meratapi nasib sungguh itu bukan dirinya sekali, hanya orang bodoh dan penuh penyesalan yang melakukan apa yang kulakukan saat ini sedangkan dia ah sudahlah orang dengan kesempurnaan sepertinya jangan ditanya lagi.

Jangan tanya aku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang