CHAPTER 3

2.1K 251 5
                                    


Dengan tergesa-gesa Mew memasuki coffee shop miliknya. Ramainya pengunjung memang selalu menyambutnya terhitung sejak pertama kali ia buka. Memang masih banyak kekurangan yang harus ia perbaiki, seiring berjalannya waktu ia pasti bisa menyempurnakan kedai kopinya itu.

"Sawadhee kha Khun" sapa Love, salah satu barista disana. Disusul oleh sapaan dari para pekerja lainnya.

"Ku dengar ada kehebohan yang baru saja terjadi?" Tanyanya penasaran.

"Ah itu Khun, hanya sebuah kesalahpahaman" ucap Love menceritakan kronologi sebenarnya.

Mew mengangguk mengerti seusai mendengarnya. Kejadian salah pesan karena tidak paham menu memang sering terjadi, bahkan ia pernah mengalaminya. Itu hal wajar bagi penikmat baru.

Sebelum berlalu ke dalam ruangan kerjanya, Mew tiba-tiba teringat sesuatu. Ia balik badan lagi untuk bertanya.

"Oh yah. Lowongan kerja yang kalian sebar kemarin apa sudah ada yang melamar?"

"Kemarin banyak yang datang tapi tidak ada yang sesuai dengan kriteria yang Khun sebutkan"

Mew mengangguk lagi menanggapi.

"Yasudah infokan langsung kepada ku kalau sudah ada yang memenuhi syarat, aku yang akan menyeleksi mereka"

"Baik Khun".

*****
_Hari berikutnya_

"Gilaaaaaaaa" teriak Sammy kesurupan. Bagaimana tidak, sang belahan jiwanya baru saja memposting foto di Instagram.
Ketampanan yang sudah melewati batas itu benar benar membuat Sammy hilang akal.

"Nanti kita harus datang lagi ke kedai itu, wajibbbbb!!!!" Putusnya semangat.

Mild menanggapinya dengan gelengan acuh. Jika Yach memposting foto setiap hari bisa bisa telinga Mild sudah tidak berada di tempatnya lagi. Apalagi teriakan sahabat perempuannya itu sangat tidak baik untuk kesehatan jantung. Menggema di seluruh tubuh siapa saja yang mendengarnya yatuhan.

"Gulfffffffff" teriak Sammy lagi lagi menyambut kedatangan Gulf.

"Maaf tentang kemarin na na" ucap Sammy dengan mata berkaca-kaca tanda penyesalan.

"Lupakan saja aku tidak mempermasalahkannya" ucap Gulf enteng.

Kedua sahabatnya langsung tersedak ludah sendiri. Gulf? Melupakan masalah secepat itu? Apalagi kemarin Gulf sudah seperti kehilangan separuh hidupnya karena malu.

Mata mild dan Sammy mengerjab berkali kali.

"Bukankah itu hal bagus untukmu, sepertinya suasana hatinya sedang baik hari ini" bisik Mild di samping Sammy. Sammy langsung mengangguk setuju. Ia harus mencari bahan pembahasan lain sebelum Gulf berubah pikiran.

"Ekhem sebenarnya ada sesuatu yang ingin kami bicarakan kepadamu Gulf" ucap Sammy ragu ragu yang langsung dipelototi oleh Mild karena tidak terima dilibatkan.

Gulf menaikkan alisnya menunggu ucapan Sammy selanjutnya.

"Sebenarnya kami mau ke coffee shop itu lagi, jika kau sudah melupakan kejadian kemarin kau bisa ikut kami" ucapnya pelan takut Gulf akan tersinggung. Dengan cepat Sammy menyambung ucapannya lagi.

"Tapi kalau tidak mau ikut tidak apa apa. Sungguh!"

Ekspresi datar Gulf membuat Sammy menatap Mild meminta bantuan.

"Jam?"

"Ha?" Sammy blank seketika. Untuk kedua kalinya di hari yang sama mereka dikejutkan dengan sikap Gulf. Ada kecurigaan besar yang berhasil diendus oleh Mild dan Sammy.

"Eeemmm seperti kemarin saja, bagaimana?" Tanya Sammy meminta persetujuan keduanya.

Mild dan Gulf mengangguk mengiyakan. Sammy berteriak girang dalam hati.

"Pangeranku, tunggu aku" monolognya yang dihadiahi ekspresi jengkel dari Gulf dan Mild.














Tbc.

I WANT IT, I GOT IT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang