Kita Shinsuke, Haikyuu!!! © Haruichi Furudate
Love is a beautiful pain © Endless Tears ft. Cliff Edge
Between Love and Routine, Plot Story © Swanrovsttehaikyuuinyourareah 4th/last project | Rhythm
Note: Ini hanya sebuah fiksi yang diketikkan untuk projek dan asupan pribadi, tidak mengambil keuntungan apapun selain memberi asupan pada pembaca. Untuk disclaimer telah tertera jelas di atas.
Enjoy, Lady!
---
Gadis itu buta, tak secara harfiah.
Dia telah buta hingga mengabaikan tanggung jawab yang seharusnya dipikul. Iris indah menunjukkan binar tertuju pada pria bermahkota putih dengan hitam di bagian bawah. Jantung berdebar-debar tak karuan menyebar cinta tanpa menahan diri. Bibir mengulas senyuman, langkah kaki diambil guna mendekati. Tidak tahu sejak kapan, sang hawa larut dalam ramuan cinta, menginginkan sosok kapten voli Inarizaki sebagai kekasihnya. Otak bagai pajangan hias di balik kepala, dia membiarkan perasaan membawa arus sampai-sampai tak memiliki pemikiran logis untuk menyesuaikan sang adam.
"Aku suka!" Dua kata sederhana dengan nada melunjak tinggi menggema seisi ruangan lapangan voli. Seluruh pasang mata tertuju pada dua insan berbeda jenis kelamin saling berhadapan. Bahkan ada sosok yang menggenggam ponsel untuk menangkap gambar momentum tersebut. Akan tetapi adegan itu sungguh membuat seluruh orang menatap bingung dan kaget bercampur aduk. Tidak ada yang menduga bahwa tindakan itu berupa pembuka awalan di mana rasa sakit menusuk.
Being engulfed in your soul, I made a vow to love
Cinta datang tak diundang, membuat sang hawa tertelan di dalam jiwa dewasa sang adam. Layak angin topan menyerang, meninggalkan kekacauan tanpa mampu dihalangi oleh manusia. Perasaan kompleks dirasakan setiap manusia terkadang membuat akal hilang sampai tak menemu logis. Kenaifan natural dari kepribadian sang hawa sukses membuatnya memberanikan diri untuk meraih, berpikir dia pantas dicintai seperti komik romansa. Naas, kenaifan dibunuh oleh realitas.
"Terima kasih, tetapi aku tidak menyukaimu."
Penolakan sederhana, tidak menyembunyikan kebohongan terdengar jelas dan sukses membuat seisi ruangan membungkam.
Sang adam, Kita Shinsuke, seorang kapten voli Sekolah Inarizaki memang terkenal memiliki sisi dewasa serta penekanan tersendiri yang mampu membuat beberapa orang salut terhadap sosok itu. Dia bukan lelaki berbakat, dia manusia biasa yang mencoba melakukan hal yang dia bisa dan suka agar maksimal. Tak dikaruniai talenta murni seperti rekan tim adalah fakta pula. Raut wajah netral selalu menjadi ciri khas wajah, pemikiran sulit ditebak bagi anak-anak seumuran dengannya. Selera dirinya juga kurang lebih mirip dengan neneknya.
Sang hawa, [Full Name], seorang gadis tingkat kelas tiga memiliki bakat dalam seni kaligrafi yang dikenal sebagai shoudou. Menari di lapangan dengan kuas besar sebagai pemimpin klub benar-benar membuatnya bersinar di luar sekolah. Sesungguhnya, tidak heran, dia tidak memiliki teman banyak. Sosok gadis dengan kepribadian unik kentara membuatnya mengganggu kenyamanan. Ingat, dia bersinar di luar sekolah, tidak di dalam sekolah. Ambisius adalah kelebihannya, tetapi apakah ada yang pernah mengingatkan bahwa sesuatu yang berlebih adalah keburukan?
Jelas terdeskripsi, mereka adalah sepasang yang tidak sedunia.
Pantang menyerah terukir di dalam [Name], dia kembali membuka suara untuk memecahkan keheningan dan ketegangan ruangan. Sensasi panas di tengah musim dingin ternyata bukanlah hal yang baik. "A-aku sungguh menyukaimu, Kita-san! Boleh berikan aku kesempatan, ya?" tawar sang gadis, dia mencondongkan tubuh ke depan sedikit dan menengadah guna menipiskan jarak antara wajah mereka membiarkan dua pasang mata indah saling beradu.
Shinsuke tidak langsung menjawab, dia menoleh ke arah samping dan menemukan seluruh pasang mata tertuju ke arahnya. Dengan tegas, dia memberi perintah kepada seluruh anggota tim untuk segera membereskan kebutuhan dan meninggalkan ruangan. Tidak mendapatkan bantahan apapun selain mendapati Ojiro Aran membalas tatapan seolah memberitahu akan menunggu di luar setelah urusannya selesai. Sang lelaki mengangguk kecil, kemudian menaruh atensi kembali pada [Name]. "Segeralah pulang, [Last Name]-san," ucap Shinsuke.
"Tunggu! Bukankah kau akan menjawabku?" tanya [Name]. Dia merasa napasnya tercekat kala Shinsuke menaruh pandang lurus ke matanya. Tidak, bukan pandangan Shinsuke yang membuat sang gadis tenang, justru hawa dan keheningan yang diberikan sukses membuat [Name] terasa dicengkram kuat pada bagian dada. Jarang dia rasakan perasaan demikian, satu sisi dia membenci itu, di satu sisinya lagi, dia masih menaruh harapan untuk jawaban positif dari Shinsuke.
Sang lelaki menjawab setelah puas memberi keheningan, "Aku sudah menjawab di sebelumnya. Aku tidak menyukaimu, tetapi aku berterima kasih untuk perasaanmu itu." Shinsuke menghela napas dalam imajiner, kelelahan setelah berlatih dan mendapatkan situasi seperti ini membuatnya ingin segera pulang dan menikmati sup miso di meja makan akan lebih baik. Lantas, dia membalikan badan sembari memberitahu sang gadis untuk segera pulang sebelum hari menggelap. Dengan niat ingin beranjak guna berganti pakaian dan pulang, dia kembali terhenti akibat suara teriakan menggema seisi ruangan.
I Love you, love you
"Aku tahu! Tetapi kita bahkan belum berteman, bagaimana kau tahu kau tidak menyukaiku?! Apakah kau menilaiku sama seperti orang lain?" [Name] berteriak cukup kencang, setidaknya itu mampu membuat orang terkejut jika sedang dalam kondisi hening. Dia sungguh menaruh perasaan pada Shinsuke, dia yakin akan hal itu. Kita Shinsuke adalah lelaki yang berbeda, manusia yang berbeda, itu menjadi alasan mengapa sang gadis ingin menyatakan perasaan. Hati yang sakit tak membuat seorang [Full Name] berhenti untuk meraih kisah romansa pula.
Shinsuke kembali membalikan badan mempertemukan lagi pandang mereka. Dia melihat wajah merah sang gadis seperti ingin meluapkan amarah. Dia tidak menyangkal dengan ucapan [Name], mereka belum berteman, bagaimana dia bisa tahu bahwa keduanya tak ada kemungkinan untuk beranjak lebih jauh? Shinsuke tahu, dia tidak menyukai perubahan. Sebuah perubahan terkadang akan berdampak efek samping yang akan membuat sakit sebuah perasaan jika mengalami perubahan yang salah. Dia senang berada di zona nyaman serta mengulangi rutinitas, apalagi, tahun ini sudah menjadi tahun akhir di masa SMA. Hanya tinggal setahun dia dapat menghabiskan waktu di sekolah, jika dia harus beranjak dari zona nyaman, maka dia harus beradaptasi, itu melelahkan dan dia memiliki target yang lebih jauh. Saat ini, dia hanya ingin berdiri di lapangan voli, membawa harum untuk dirinya maupun timnya.
"Aku sedang tidak ingin menjalin hubungan apapun," ucap Shinsuke, kemudian dia memberi jeda sesaat, kedua pupil mata sempat mengecil sesaat ketika melihat pandangan sang gadis, "lantas, mengapa kau masih bersikeras kala aku menolakmu?"
Bibir sang hawa terangkat mengulas senyuman tipis, melempar jawaban luar dari dugaan sang adam. Napas kini bergantian tercekat, Shinsuke tidak memahami mengapa respon yang dia dapatkan adalah demikian. Banyak pertanyaan muncul di benaknya, apa yang membuat sang gadis berucap seperti itu? Apa yang dialami?
Because I love you it hurts a lot
---
"Cinta memang menyiksa, bukan? Kupikir, jika itu dirimu, aku tidak masalah."
---
Batam, 24 Desember 2020,
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhythm Project | Kita Shinsuke
FanfictionKita Shinsuke x Reader • • • • • 𝓘 𝓶𝓪𝓭𝓮 𝓪 𝓿𝓸𝔀 𝓽𝓸 𝓵𝓸𝓿𝓮. Kala jantung berdegup layak menghasilkan ritme, maka insan hawa ciptaanNya paham, ritme cinta telah mengalir dalam diri tanpa adanya kendala. Aliran darah menghias pipi menghasilk...